REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara para pemimpin yang dikenang sejarah umat Islam adalah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Pernah suatu ketika, raja dari Dinasti Umayyah itu mengadakan majelis ilmu di istananya.
Keturunan al-Faruq Umar bin Khattab itu memang terkenal sebagai sosok yang mencintai ilmu-ilmu agama. Di bawah kepemimpinannya, Kekhalifahan Bani Umayyah menggalakkan aktivitas pengumpulan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
Dalam majelis itu, seorang ulama menyampaikan sejumlah hadis Rasulullah SAW. Kemudian, alim ini mengingatkan khalayak tentang makna kematian. Begitu mendengar kata-katanya, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz seketika berlinang air mata.
Ia menangis sedu-sedan. Hatinya bergetar saat menyimak nasihat ulama tersebut mengenai kematian. Dia merasa, masih banyak dosa-dosa yang dilakukannya. Bekalnya menuju akhirat masih belum seberapa.
Banyak buku-buku sejarah mengungkapkan, tema mengingat mati (dzikrul maut) menyentuh hati kaum Muslimin pada masa awal, baik dari generasi sahabat Nabi Muhammad SAW, tabiin, maupun tabiut tabiin.
Pernah suatu ketika, seorang sahabat Rasulullah SAW, Salman Al Farisi, berkata, "Tiga hal yang membuatku heran hingga membuatku tertawa. Pertama, orang yang mengangankan dunia, padahal kematian sedang memburunya.
Kedua, orang yang lalai, padahal dia tidak pernah dilupakan-Nya. Ketiga, orang yang tertawa terbahak-bahak, sedangkan ia tidak mengetahui, apakah ia membuat murka Tuhannya."
Salman meneruskan, "Kemudian, tiga perkara ini membuatku bersedih hati. Pertama, perpisahanku dengan sang kekasih--Nabi Muhammad SAW. Kedua, dahsyatnya Hari Kiamat. Ketiga, berdiri di hadapan-Nya, sedangkan aku tidak tahu, apakah aku akan dimasukkan ke dalam surga atau neraka."
Seorang sahabat lainnya, Umar bin Khattab pernah menemui Rasulullah SAW bersama 10 orang lainnya. Seorang di antara mereka bertanya kepada Nabi SAW, "Siapakah orang yang paling cerdas dan mulia, wahai Rasulullah?"
"Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bersiap menghadapinya," jawab Nabi SAW, "mereka itulah orang yang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat."