Arab Saudi belum mengambil sikap konkret terhadap invasi Rusia ke Ukraina setelah melewatkan KTT perdamaian global bulan lalu di Swiss, dan menolak untuk menandatangani komunike bersama KTT perdamaian yang mengutuk Rusia.
Arab Saudi sebelumnya menjadi tuan rumah pertemuan internasional mengenai formula perdamaian Ukraina pada Agustus 2023. Negara ini juga memainkan peran penting dalam menegosiasikan pertukaran tahanan dengan Rusia, yang memungkinkan Ukraina mencapai pertukaran besar yang melibatkan hampir 300 orang pada September 2022.
Pada saat yang sama, Arab Saudi telah mempertahankan hubungan ekonomi yang erat dengan Rusia, yang telah menguat setelah dimulainya invasi skala penuh ke Ukraina dan isolasi ekonomi Rusia dari Barat.
Pemberitaan di Rusia..
Sementara itu, laman moscowtimes memberitakan ancaman Arab Saudi tersebut dengan judul: Saudi Arabia Implied It Would Sell Euro Bonds if G7 Seized Frozen Russian Assets atau Arab Saudi Menyiratkan Akan Menjual Obligasi Euro Jika G7 Menyita Aset Rusia yang Dibekukan.
Moscowtimes melaporkan, para pejabat Saudi yang menjadi sumber pemberitaan Bloomberg secara pribadi memperingatkan bahwa mereka dapat menjual kepemilikan utang Eropa jika G7 menyita hampir 300 miliar dolar AS aset-aset Rusia yang dibekukan untuk membantu Ukraina.
Dalam apa yang digambarkan oleh salah satu sumber sebagai "ancaman terselubung," kementerian keuangan kerajaan dilaporkan menyiratkan bahwa mereka akan mulai menjual utang yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan Perancis jika G7 menyita aset-aset Rusia yang dibekukan setelah invasi Moskow ke Ukraina.
Kementerian keuangan Saudi membantah laporan ini dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Bloomberg, dengan mengatakan "tidak ada ancaman seperti itu."
Seorang pejabat Saudi mengatakan kepada Bloomberg bahwa meskipun bukan "gaya" Riyadh untuk membuat ancaman seperti ini, Riyadh mungkin telah menguraikan kepada para anggota G7 tentang konsekuensi-konsekuensi dari penyitaan apa pun.
Intervensi swasta yang dilaporkan oleh Riyadh terjadi menjelang pertimbangan kelompok ekonomi terkemuka pada bulan Mei dan Juni mengenai apa yang harus dilakukan dengan sekitar 260 miliar dolar AS uang Rusia yang diblokir.
AS dan Inggris dilaporkan lebih memilih untuk menyita dana tersebut dan mengalokasikannya untuk rekonstruksi Ukraina. Sementara itu, Uni Eropa dilaporkan enggan mengikuti dua koleganya tersebut.