Rabu 10 Jul 2024 11:13 WIB

Canda Berujung Maut di Klaten, Ini Adab Bergurau Menurut Islam

Islam tidak melarang orang-orang untuk bercanda.

Seorang pria tertawa (ilustrasi). Dalam Islam, ada pedoman bercanda yang perlu diperhatikan oleh Muslim dan Muslimah.
Foto: Dok. Freepik
Seorang pria tertawa (ilustrasi). Dalam Islam, ada pedoman bercanda yang perlu diperhatikan oleh Muslim dan Muslimah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang siswa di Klaten, Jawa Tengah, tewas akibat tersengat arus listrik saat diceburkan teman-temannya. Mereka melakukan hal itu dengan niat bercanda dalam rangka merayakan hari ulang tahun korban, yang juga merupakan ketua OSIS SMAN 1 Cawas.

Islam tidak melarang penganutnya untuk bercanda atau melontarkan humor. Nabi Muhammad SAW pun terkadang melemparkan guyonan kepada orang di sekitarnya. Namun, para ulama telah menjelaskan adab-adab bercanda dan batasan-batasannya.

Baca Juga

Seperti dijelaskan dalam buku berjudul Semua Ada Saatnya karya Syekh Mahmud al-Misri, salah satu adab atau etika bercanda adalah tidak boleh menjatuhkan orang lain dan tidak mengandung unsur dusta di dalamnya. Kemudian, seseorang juga tidak boleh sampai mencelakakan atau membahayakan nyawa orang lain.

Rasulullah SAW bercanda, akan tetapi beliau hanya mengucapkan kebenaran. Nabi SAW bersabda, “Aku adalah penjamin rumah di surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun sedang bercanda" (HR Abu Dawud).

Rasulullah SAW juga memperingatkan umat agar mereka tidak berdusta hanya supaya orang di sekelilingnya tertawa. Nabi SAW bersabda, “Celakalah bagi orang yang bercerita sambal berdusta agar orang-orang (yang berada di sekelilingnya tertawa). Celakalah ia, celakalah ia” (HR Abu Dawud).

Syekh Mahmud al-Misri menuturkan, candaan yang baik bertujuan untuk hiburan dan menenangkan jiwa, mempererat persahabatan, serta menjalin kasih sayang dalam pergaulan. Ambil contoh, Ibnu Sirin seorang imam dan ahli hadis. Ketika tiba waktu dhuha, ia pergi ke pasar Kota Bashrah. Di sana, ia mengucapkan salam kepada orang banyak, bercanda dengan mereka, dan menebarkan senyuman.

Karena itu, mereka menyukai Ibnu Sirin. Orang banyak mengikuti pengajiannya. "Sesungguhnya hati itu tidak suka kepada kekerasan, meskipun orang itu tertawa. Akan tetapi, hati menyukai canda dan gurauan dari orang lain," demikian petuah Syekh Mahmud al-Misri.

Adapun batasannya bercanda telah dijelaskan dalam kitab Al-Mirah fi Al-Mizah karya Badruddin Abul Barakat Muhammad al-Ghizzin. Dalam buku ini, dia menyebutkan, “Dianjurkan agar bercanda di antara para saudara-saudara dan teman-teman karena itu menghibur hati dan memudahkan tujuan kebaikan. Dengan syarat, tidak melontarkan suatu tuduhan, tidak menjatuhkan wibawa, tidak mengurangi kehormatan, tidak keji sehingga menyebabkan permusuhan dan menggerakkan sifat dengki.”

Di tempat lain, Badruddin Abul Barakat juga berkata, “Canda itu dicela apabila sampai pada tahap menjadi kebiasaan dan berlebihan.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement