Selasa 02 Jul 2024 15:04 WIB

7 Oktober dan Shujaiya, Bukti Runtuhnya Klaim Kehebatan Intelijen Israel dan 3 Faktornya

Israel masih terus menyerang wilayah Gaza yang diblokade

Rep: Fitrian Zamzami / Red: Nashih Nashrullah
Tentara Israel mengambil bagian dalam operasi darat di lingkungan Shujaiya Kota Gaza, Jumat, 8 Desember 2023.
Foto:

Pada Desember lalu, IDF melaporkan kerugian besar dalam serangan darat ke wilayah Shujaiya. Kala itu, belasan tentara Israel ditewaskan Brigade al-Qassamdalam operasi serangan bersama Brigade al-Quds dan faksi-faksi perlawanan Palestina lainnya.

Pukulan telak di Shujaiya saat itu membuat pasukan elite Israel, Brigade Golani, dipaksa mundur dari Gaza. IDF juga mengumumkan pemecatan salah satu komandan brigade itu sehubungan kekalahan dalam pertempuran di Shujaiya.

Wilayah Shujaiya dinamai merujuk Shuja' al-Din Uthman al-Kurdi komandan dalam pasukan Kesultanan Ayyubiyah. Ia gugur dalam pertempuran melawan pasukan Salib di wilayah itu pada abad ke-13. Sebelum serangan Israel, Shujaiya memiliki populasi 92.000 orang di wilayah seluas 6 kilometer persegi, menjadikannya salah satu daerah terpadat di Jalur Gaza.

Warga Gaza kerap mengaitkan nama wilayah itu dengan kata Arab "shajaah" yang artinya "keberanian", menengok sejarah panjang perlawanan di sana. Pada 6 Oktober 1987, tepat sebelum pecahnya Intifada Pertama, Shujaiya adalah tempat konfrontasi bersenjata antara Jihad Islam Palestina dan IDF.

Bentrokan tersebut mengakibatkan kematian seorang petugas IDF dan empat pejuang Jihad Islam.

Pada 2014, di wilayah itu terjadi juga pertemputan antara pasukan Israel dan Brigade al-Qassam pada 20 Juli selama serangan Israel ke Gaza tahun itu.  Menurut IDF, wilayah itu telah menjadi bentang pejuang Palestina yang antara tanggal 8 dan 20 Juli menembakkan lebih dari 140 roket ke Israel setelah pecahnya perang.

Pertempuran di Shujaiya saat itu adalah yang tersengit sepanjang sejarah konflik Israel melawan pejuang Palestina. PBB menyatakan bahwa antara 19-20 Juli, 55 warga sipil, termasuk 19 anak-anak dan 14 perempuan, terbunuh akibat tindakan IDF.

Dalam pandangan pengamat intelijen asal Yordania, Nidal Abu Zaid, keberhasilan ini tak terlepas dari siasat yang dilakukan para milisi perlawanan untuk mengecoh intelijen Israel terkait dengan jumlah personel dan taktik perlawanan.

Apa yang diraih IDF di Shejaiya, seperti banyak ditemui di Jalur Gaza selama perang ini, adalah penghancuran lingkungan yang memang sudah hancur dan pembunuhan warga sipil.

Sementara, milisi perlawanan dan kerangka operasional dan infrastruktur pendukungnya, cenderung tetap bisa beroperasi.

Mengutip analisis Modern War Institute, Profesor di CMIST di Carnegie Mellon University Haleigh Bartos dan asisten profesor ilmu politik di CMIST John Chin, dalam laporan bertajuk What Went Wrong? Three Hypotheses On Israel’s Massive Intelligence Failure, intelijen Israel telah mengalami kegagalan parah. Dalam analisisnya mereka menulis: 

Skala kegagalan intelijen Israel-mengapa pemerintah Israel tidak bertindak lebih awal terhadap setidaknya satu peringatan intelijen yang diketahui-hampir sama mengejutkannya dengan kebrutalan dan keberhasilan serangan Hamas itu sendiri pada tanggal 7 Oktober.

Ketika Pasukan Pertahanan Israel memperluas serangan darat mereka ke Gaza, dan dengan jumlah korban tewas dalam perang yang telah mencapai ribuan orang, tidaklah terlalu dini untuk merefleksikan kesalahan-kesalahan spesifik yang memungkinkan terjadinya "peristiwa 9/11 Israel".

Sebuah perhitungan yang lengkap akan membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk melakukan investigasi, namun sebagai pakar terorisme, konflik bersenjata, dan ilmu politik, kami menyoroti tiga kegagalan intelijen utama yang berpotensi besar yang harus menjadi fokus penyelidikan intelijen untuk belajar dari kegagalan tersebut

Seperti yang ditunjukkan oleh Amy Zegart, serangan besar yang mengejutkan "hampir tidak pernah benar-benar mengejutkan."

Tampaknya itulah yang terjadi pada serangan 7 Oktober. Pada tanggal 9 Oktober, intelijen Mesir mengatakan secara terbuka bahwa mereka telah memberikan peringatan tingkat tinggi kepada Israel berulang kali tentang serangan yang tertunda - "sesuatu yang besar", sebelum Hamas yang berbasis di Gaza melakukan serangan, termasuk panggilan telepon langsung dari Menteri Intelijen Kairo kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada akhir September.

Intelijen Amerika Serikat juga memperingatkan para pembuat kebijakannya sendiri mengenai aktivitas Hamas yang tidak biasa dan peningkatan ancaman umum dari Hamas berdasarkan berbagai sumber intelijen, termasuk informasi yang mereka terima dari Israel-meskipun laporan-laporan tersebut tidak menyertakan rincian taktis apa pun.

Sulit untuk memahami apa yang menghalangi pasukan keamanan Israel untuk bertindak. Para pejabat keamanan Israel mungkin melakukan tiga kesalahan penting.

Gambaran terkini tentang kemampuan dan niat Hamas

Para pemimpin Israel hampir pasti percaya bahwa superioritas militer Israel akan mampu menangkis setiap serangan dari pasukan paramiliter. Pada gilirannya, hal ini menimbulkan rasa puas diri, dengan asumsi bahwa Hamas tidak akan melancarkan serangan besar karena Hamas tidak akan mampu mengalahkan Israel.

Seperti yang dicatat oleh...

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement