REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG— Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang Jawa Timur erupsi dengan letusan disertai abu vulkanik setinggi 900 meter di atas puncak, atau sekitar 4.576 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Sabtu pukul 08.01 WIB.
"Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya dan barat. Erupsi tersebut terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 115 detik," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Sigit Rian Alfian dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang, Sabtu (29/4/2024).
Berdasarkan catatan petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu sudah erupsi sebanyak tujuh kali pada 29 Juni 2024 sejak pukul 00.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB.
Erupsi pertama terjadi pukul 00.38 WIB, kemudian disusul erupsi kedua pukul 00.57 WIB, selanjutnya pukul 05.23 WIB, 05.28 WIB, dan 05.44 WIB.
Visual letusan kelima erupsi tersebut tidak teramati karena tertutup kabut dan saat laporan erupsi dibuat terpantau erupsi masih berlangsung.
Kemudian kembali terjadi erupsi Gunung Semeru pada pukul 07.19 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 700 meter di atas puncak.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm, dan durasi 121 detik.
Tidak selang lama terjadi erupsi pukul 08.01 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 900 m di atas puncak.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya dan barat. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 115 detik.
Sebelumnya Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid mengatakan, awan panas dan guguran lava pijar masih terjadi di Gunung Semeru, namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.
"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada Level III atau Siaga dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini," katanya.
Karena itu pihaknya memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Kemudian warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar, di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.