Jumat 21 Jun 2024 19:59 WIB

Prinsip Hamas Lawan Israel dan Mengapa Negara Zionis Itu Kesulitan Menumpasnya?

Israel kesulitan menumpas Hamas hingga saat ini

Pejuang Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas (ilustrasi). Israel kesulitan menumpas Hamas hingga saat ini
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pejuang Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas (ilustrasi). Israel kesulitan menumpas Hamas hingga saat ini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Awal keberadaan Hamas di daerah pendudukan, bertumpu pada kegiatan-kegiatan sosial, kesehatan, pendidikan dan dakwah.

Syekh Ahmad Yasin, pemimpin Hamas, adalah pendiri The Islamic Charitable League (Yayasan Penyantun Islam), tahun 1973. Yayasan ini bergiat di bidang pengumpulan zakat, kesehatan, pendidikan, dan pengajian Alquran.

Baca Juga

Dari semua kegiatan itu, masjid memegang peranan penting menyebarkan aktivitas organisasi ke berbagai wilayah. Dalam interpal tahun 1967 sampai 1987, jumlah masjid di Tepi Barat melonjak dari 400 sampai 750. Sedangkan di Jalur Gaza, jumlahnya meningkat dari 200 ke 600.

Karena keberakarannya di kalangan masyarakat inilah, tak gampang bagi Israel menumpas Hamas. Ketika muncul pertama kali, 1978, Israel belum memandang Hamas sebagai kelompok yang berbahaya.

Dan memang, baru 10 tahun kemudian, kelompok ini sangat diperhitungkan Israel. Apalagi, setelah diketahui terbentuknya sayap militer Hamas, Izzudin Al Qassam. Al Qassam berulang kali melakukan aksi-aksi serangan militer ke sasaran militer. Tak jarang, mereka melakukan aksi kamikaze.

Kondisi ekonomi yang sangat buruk, angka pengangguran berkisar 50 sampai 90 persen , di wilayah pendudukan, ikut mempercepat popularitas Hamas. Makin banyak warga Palestina yang melihat PLO gagal mewujudkan cita-cita bangsa Palestina.

Apalagi, setelah terbukti, Perjanjian 13 September 1993, juga banyak dikhianati Israel. Tak hanya warga pendudukan yang sulit. Pengungsi Palestina pun sama saja. Sejak perjanjian itu diteken, sudah 17 Kedubes Palestina yang bangkrut.

Sejak dibuka Konferensi Damai Timur Tengah, Oktober 1991, banyak warga Palestina yang tak menyukai PLO. ''Orang-orang PLO hanya naik kapal terbang dan menghabiskan waktu di hotel bintang lima untuk berunding dengan Israel,'' kata Bassem Salih, anggota PLO, menirukan kritik Hamas terhadap PLO.

Berbeda dengan PLO yang mengakui keberadaan negara Israel di atas tanah Palestina hasil perang 1947, mencakup 70 persen tanah Palestina, Hamas tak mengakui sama sekali keberadaan negara Yahudi ini.

Bagi Hamas, negara Israel adalah tak masuk akal, dan karena itu wajib dihancurkan. Di mata Hamas, Israel adalah penjajah yang wajib dilawan, bukannya diajak damai dengan mengesahkan keberadaannya.

Meskipun berbeda...

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement