REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia." Misi kenabian ini dilakukan beliau, baik dengan perbuatan maupun perkataan.
Di sepanjang hayatnya, Rasulullah SAW menunjukkan keteladanan yang paripurna. Umat Islam, termasuk kalangan pemimpin publik, hendaknya selalu berupaya meneladan beliau.
Nabi SAW sendiri dalam berbagai kesempatan menyampaikan nasihat tentang kepemimpinan. Seperti diriwayatkan dari Abu Dzarrin, Rasul SAW bersabda, "Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah suatu amanah dan di Hari Kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan kecuali mereka yang mengambilnya dengan cara yang baik, serta dapat memenuhi kewajibannya dengan baik sebagai seorang pemimpin" (HR Muslim).
Abu Hurairah RA berkata, "Telah bersabda Rasulullah SAW, 'Disodorkan padaku tiga golongan yang paling pertama masuk surga. Tiga golongan juga yang paling pertama masuk neraka.
Adapun yang paling pertama masuk surga ialah orang yang mati syahid, hamba sahaya yang baik ibadahnya kepada Allah serta selalu menasihati majikannya (tuannya), dan mereka yang menjauhkan diri dari barang yang haram.
Adapun tiga golongan yang paling pertama masuk neraka ialah pemimpin yang menipu, hartawan yang tidak pernah memberikan kewajiban (zakat), dan orang yang fakir lagi sombong'" (HR Damiri dan Ahmad).
Kepada Ka'ab bin Ujrah Rasulullah berpesan, ''Semoga Allah melindungimu dari kepemimpinan orang yang jahat."
Ka'ab bertanya, apa maksud beliau. Maka, Nabi SAW bersabda, "Yaitu para pemimpin yang ada sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku, dan tidak bersunah dengan sunahku. Barangsiapa yang membenarkan atas dustanya dan membantu kezalimannya, mereka itu bukanlah umatku dan aku pun tidak termasuk bersama mereka" (HR Ahmad).
Dengan memetik hikmah dari hadis-hadis di atas, nyatalah tugas seorang pemimpin tidak ringan. Ketika seseorang menjadi pemimpin, ia bisa menyambutnya dengan pernyataan bismillah atau bahkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.