REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak cara untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam kepada para murid. Hal itu diyakini Imam Subawaihin, seorang penyuluh Islam di Desa Sungai Bakau Besar Laut, Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat.
Ketua Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Hikmatun Balighoh itu menerapkan sebuah metode yang terbilang unik untuk mengajarkan Alquran kepada para murid. Terlebih dahulu, Imam Subawaihin mengamati, banyak anak-anak kini yang akrab dengan permainan di gawai (gadget).
Karena itu, ia berinisiatif untuk menghadirkan permainan yang tak sekadar menghibur, tetapi juga edukatif untuk anak-anak. Imam juga ingin agar mereka kembali mengenal beragam permainan tradisional, bukan hanya gim-gim di gawai semisal smartphone.
Imam pun membuat papan permainan yang dinamakannya "Ular Tangga Muroja'ah." Seperti tampak pada namanya, mainan ini memiliki konsep yang sama dengan papan ular tangga, lengkap dengan dadu dan bidak. Namun, tujuannya bukan semata-mata kemenangan, tetapi juga agar anak-anak belajar mengaji dan menghafalkan Alquran (muroja'ah).
"Saya berpikir hingga menemukan Ular Tangga Muroja'ah ini. Niatnya mengajak anak-anak belajar sambil bermain. Agar mereka tidak cepat bosan sekaligus mengenalkan permainan tradisional," ujar Imam Subawaihin di Mempawah, Kalbar, seperti dikutip Republika dari laman Kementerian Agama (Kemenag) RI, Rabu (5/6/2024).
Dalam Ular Tangga Muroja'ah itu, anak-anak dilatih untuk bersosialisasi, berkompetisi, dan mengingat materi pembelajaran. Selain mengenalkan aksara Arab pada papan permainan, ada sejumlah tantangan yang harus diselesaikan.
"Misalnya, jika dadunya sampai di angka tertentu, anak tersebut diminta membaca doa berbagai niat shalat dan hukum bacaan tajwid," terang pria yang juga menjabat Pokja TTQ Kabupaten Mempawah ini.
Atas inovasi kreatifnya ini, Imam Subawaihin berhasil memenangkan "Penyuluh Agama Islam Award" Tingkat Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2024. Ia dinilai unggul pada kategori Literasi Alquran sehingga berhak mewakili Kemenag Provinsi Kalbar di level nasional.
"Kemenangan itu bonus saja. Terpenting anak-anak rajin mengaji dan berakhlak mulia. Dengan maju di tingkat nasional, semoga inovasi ini lebih luas jangkauan manfaatnya," tambahnya.
Imam Subawaihin mendirikan TPQ Hikmatun Balighah pada 2016, beberapa tahun setelah lulus dari Pondok Pesantren Tebuireng. TPQ yang berdiri di Desa Sungai Bakau Besar Laut ini buka setiap hari kecuali Jumat.
Di komplek bangunan dua lantai ini, Imam Subawaihin mulai mengajar sejak jam 14.00 WIB. Tidak hanya teori agama, pria yang merupakan Mustasyar Ranging NU SBBL ini juga mengajarkan praktik.
"Masuk pukul 14.30-16.30 WIB. Pertama, santri diajar mengaji dulu. Ada yang sudah iqra', ada juga yang sudah Alquran. Setelah belajar semua, santri diajak shalat ashar berjamaah," tutur pria murah senyum ini.
Imam Subawaihin menjelaskan, pembiasaan praktik shalat dan ibadah lainnya sangat penting. Terlebih, katanya, ibadah terbukti bisa mengembangkan karakter anak-anak menjadi lebih baik.
"Selain melaksanakan perintah Allah, pembiasaan ibadah ini membuat anak-anak lebih hidup bersih, sabar, taat, disiplin, dan lebih siap menghadapi kehidupan," ujarnya berharap.