REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berabad-abad sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim AS untuk menegakkan Ka’bah. “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), ‘Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui’” (QS al-Baqarah:127).
Berdasarkan ayat tersebut, Ka’bah sebenarnya sudah ada jauh sebelum kedatangan Nabi Ibrahim. Karena itu, beliau diperintahkan oleh Allah semata-mata untuk meninggikan (yarfa’u) fondasi Baitullah, bukan membuat baru sama sekali.
Begitu selesai membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk menyeru kepada manusia agar mereka datang ke tempat ini demi menunaikan ibadah haji. "Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh" (QS al-Hajj: 27).
Apakah itu berarti bahwa Nabi Ibrahim AS adalah orang pertama yang berhaji? Namun, bukankah seperti dijelaskan di ayat tersebut, Baitullah sudah ada jauh sebelum sang nabi?
Untuk menjawab pertanyaan demikian, dapatlah dilihat bagaimana Nabi Ibrahim AS sendiri memandang ibadah haji. Dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 128 disebutkan bahwa sang nabi dan putranya, yakni Ismail AS, memohon, antara lain, agar Allah berkenan menunjukkan kepada mereka tata cara manasik haji: “wa arinaa manaasikanaa wa tub’alainaa.”
Doa itu dapat menjadi petunjuk bahwa ....