Selasa 14 May 2024 23:48 WIB

ICMI Jerman dan Eropa Siapkan Dakwah Menggunakan Ilmu Mantiq

ICMI Jerman dan Eropa perkenalkan ilmu mantiq

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Logo ICMI. ICMI Jerman dan Eropa perkenalkan  ilmu mantiq
Foto: tangkapan layar google image
Logo ICMI. ICMI Jerman dan Eropa perkenalkan ilmu mantiq

REPUBLIKA.CO.ID,BREMEN — Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah Jerman dan Eropa siap menjadi pendakwah Islam di Jerman, terutama kalangan cendekiawan Jerman dan Eropa.

Dakwah akan dilakukan menggunakan ilmu Mantiq agar mudah diterima secara logis oleh mereka, karena Ilmu Mantiq sesuai dengan pola pikir mereka yang cenderung sangat mengandalkan logika.

Baca Juga

"Ilmu Mantiq dapat kita gunakan untuk berdiskusi dengan para cendekiawan Jerman yang memang mengandalkan logika, sehingga mereka mengenal Islam sebagai agama yang cerdas, jelas dan canggih konsepnya sehingga dapat menjawab semus fenomena yang ada di dunia sekarang ini,“ ujar Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Jerman, Prof Dr Ing Vembra Trigerya Vidjaja dalam siaran tertulis kepada media pada Selasa (14/5/2024) di Bremen, Jerman.

Menurut Vembra, bagi mereka yang ingin tahu lebih jauh tentang ilmu Islam, mereka akan termotivasi untuk mempelajari buku cendikiawan Islam dari zaman dulu, yang diakui terbukti menjadi penyebab Renaissance di Eropa.

"Ilmu Mantiq itu sebenarnya ilmu logika yang di-Islamkan, sehingga menjadi penguat dalil keyakinan aidah Islam. Yaitu dalil aqli (dari hulum akal dalam ilmu mantiq/Logika) selain dalil naqli (yang dinukil dari Quran dan Hadits),“ jelas Vembra.

Bahkan menurutnya, ilmu logika Aristoteles sesungguhnya yang keliru tentang konsep Tuhan Maha Pencipta Yang Maha Esa, yang sebenarnya melanggar logika itu sendiri. 

"Ya kalau yang saya rasakan ilmu Mantiq itu dapat mengubah mindset kita dalam memandang dunia baik materi maupun spiritual," kata Vembra lagi. 

Ia juga menambahkan, dengan mengubah mindset ini diharapkan umat Islam termotivasi untuk menggali inovasi

Kemampuan berinovasi teknologi sendiri menurut Vembra, tidak lepas dari kemampuan manusia menggunakan logika dalam melihat dan mengkaji fenomena dan permasalah yang ada di dunia secara runut

Sebagai tindak lanjut untuk meneladani peran cendekiawan muslim, beberapa hari lalu ICMI Orwil Jerman bekerjasama dengan berbagai organisasi muslim di Eropa, yaitu KMIB e.V., KPMI Belgia, PCINU Jerman, Mesjid Al Hikmah Den Haag, Muslim Braunschweig Jerman, dan PPME Al Ikhlas Amsterdam mengadakan kajian bulanan Kitab Muqodimat Sanusiyah karya Imam As-Sanusi  yang dibimbing oleh Habib Dr Ali Baqr Assegaf. 

"Kajian rutin ini diprakarsai Dipl Ing Vembra Trigerya Vidjaja, salah satu dewan pakar ICMI Orwil Jerman yang juga sekaligus ketua Keluarga Muslim Indo

Menurutnya, kajian ini sangat penting untuk diikuti oleh anggota dan aktivis ICMI khususnya di Jerman karena kitab ini merupakan karya ulama yang sangat berpengaruh dalam pembahasan aqidah (teologi Islam) dan ilmu tauhid. Dalam konteks keilmuan, kitab ini memiliki hubungan yang erat dengan kaidah ilmu mantiq (logika), pengembangan hukum, dan penguasaan konsep-konsep keagamaan yang penting bagi seorang cendekiawan Muslim.

Sebagaimana diketahui, di akhir abad ke 3 atau awal abad ke 4 Hijriyah, Imam Abul Hasan Al Asy'ari dan Imam Mansur Al Maturidi menambah dalil 'aqli (dari ilmu Mantiq/logika) selain dalil naqli (dalil Alquran dan Hadits) untuk penguatan pemahaman ilmu Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah.

Hal ini dilakukan karena tantangan fitnah Aqidah Mu’tazilah yang telah menyimpang karena mendahulukan akal dari Alquran. Apalagi pada waktu itu kaum Mu’tazilah telah masuk di kalangan penguasa.

"Namun dengan ketajaman hujjah dalil Aqli selain dalil Naqli yang disampaikan, akhirnya pengaruh faham Mu’tazilah menjadi redup dan ditinggalkan, karena dalil Aqli yang disampaikan lebih mudah diterima oleh fitrah akal manusia," terang Hendro.

Ia menambahkan, setelah dimasukkannya ilmu Mantiq ke dalam pendekatan pembelajaran Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, kurikulum pendidikan dasar anak anak Muslim dari usia sekolah hanya ada 3 mata pelajaran, yaitu; ilmu fardhu 'ain supaya anak bisa mengamalkan kewajiban dasar sebagai Muslim, ilmu nahwu Sharaf (bahasa Arab) supaya anak paham Alquran, hadits dan kitab para ulama lalu juga ilmu mantiq supaya anak belajar cara berpikir yang benar.

"Nah setelah itu anak bebas memilih bidang ilmu yang dia suka. Dari sini lahirlah ilmuwan Muslim yang hebat di dunia Islam," jelasnya lagi.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement