Kamis 09 May 2024 20:34 WIB

Mengapa Sering Ada Fenomena Banyak Harta Tapi Keluarganya Berantakan?

Kaya harta bukan menjadi jaminan untuk kebahagian dunia

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi kekayaan harta. Kaya harta bukan menjadi jaminan untuk kebahagian dunia
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi kekayaan harta. Kaya harta bukan menjadi jaminan untuk kebahagian dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syekh Dr Essam Al Rubi, pendakwah asal Mesir, menyampaikan pandangan yang menarik mengenai kepemilikan harta yang melimpah namun terasa seolah hanya numpang lewat.

Dalam penjelasannya, dia menyoroti bagaimana banyak orang merasa harta mereka tak memberi kebahagiaan yang sebenarnya, terutama saat dihadapkan dengan masalah rumah tangga yang hancur, anak yang sulit diatur, atau permasalahan lainnya yang menguras kedamaian batin.

Baca Juga

Pandangan yang disampaikan Syekh Essam al-Rubi mengajak kita untuk merefleksikan makna sebenarnya dari kepemilikan harta. 

Bukan sekadar jumlah harta yang dimiliki, melainkan bagaimana kita menjalani hidup dengan kebijaksanaan dan ketenangan dalam menghadapi segala ujian yang diberikan Allah SWT.

Dalam konteks ini, dia mengingatkan bahwa kekayaan sejati bukanlah semata-mata harta duniawi, melainkan kekayaan spiritual dan ketenangan jiwa yang didapatkan melalui ketakwaan dan ketaatan kepada-Nya.

Pesan yang disampaikan oleh pendakwah Mesir ini menjadi pengingat tidak terjebak dalam ilusi kekayaan materi yang seolah menjadi segalanya. 

Sebagai gantinya, diajak untuk menjaga harta dengan bijaksana, menggunakan kekayaan tersebut sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan yang lebih mendalam dan keberkahan dalam kehidupan serta memberikan manfaat bagi sesama.

Syekh Essam kemudian mengutip ayat 29-30 Surat An Nisa. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Mahapenyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah."

Ayat tersebut, demikian penjelasan Syekh Essam, memperingatkan orang-orang beriman untuk menjauhi segala bentuk uang haram. Dia mengingatkan, uang haram bisa mendatangkan suatu penyakit.

Uang haram itu, lanjut Syekh Essam, akan menggerogoti sekaligus merusak keharmonisan rumah tangga. Uang haram tersebut juga bisa menjadi penyebab anak kehilangan masa depan. Uang haram bisa menyakiti dan merusak akal pikiran mereka serta juga merusak moral mereka.

"Uang haram ibarat peledak, yang mengakibatkan ledakan hingga tidak ada lagi yang tersisa," tuturnya.

Syekh Essam menyampaikan, Allah SWT telah memberi peringatan soal uang haram itu. Karena justru ketika seseorang memiliki banyak uang, ia akan diminta pertanggungjawaban dari mana uang itu berasal dan untuk apa uang tersebut digunakan. Dalam riwayat Abu Barzah, Nabi Muhammad SAW bersabda: 

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

"Dua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang bagaimana usianya dihabiskan, bagaimana ilmunya digunakan, bagaimana hartanya diperoleh dan digunakan untuk apa, dan tubuhnya digunakan untuk apa saja." (HR Tirmidzi dan ad-Darimi)

Alquran juga telah memperingatkan tentang orang-orang yang curang. Allah SWT berfirman: 

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ

"Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi." (QS Al-Mutaffifin ayat 1-3)

 

Sumber: Masrawy

photo
Infografis Tiga Hal yang Mendatangkan Rezeki. Ilustrasi harta - (Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement