REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Umat Muslim di Amerika Serikat (AS) geram terhadap paket bantuan yang dikirim AS untuk Israel. Banyak Muslim Amerika yang mengecam pemerintahan Joe Biden karena caranya dalam menangani perang Israel-Hamas.
Muslim Amerika juga geram terhadap para aktivis yang mengorganisir Partai Demokrat untuk memilih tidak berkomitmen ketimbang mendukung presiden dalam beberapa pemilihan pendahuluan negara bagian tahun ini.
Bagi beberapa aktivis dan pemimpin organisasi Muslim Amerika terkemuka, dukungan Biden terhadap bantuan sebesar 26 miliar dolar AS untuk Israel, menegaskan kembali pandangan mereka mengenai pemilu November: Mereka tidak dapat mendukung Biden untuk masa jabatan kedua.
Menjelang pemungutan suara DPR untuk mengesahkan paket bantuan ke Israel pada hari Sabtu, organisasi-organisasi Muslim Amerika mendesak para pemilih untuk menghubungi anggota Kongres guna meminta mereka memberikan suara menentang bantuan tersebut.
Keputusan tersebut akhirnya disahkan dengan hasil 366-58, dengan 37 anggota Partai Demokrat dan 21 anggota Partai Republik memberikan suara menentang bantuan tersebut dan tujuh anggota tidak hadir.
Jika Biden menandatangani paket bantuan Israel, sesuai dengan keinginannya, maka hubungan pemerintahan AS dengan komunitas Muslim Amerika menjadi tidak harmonis lagi.
"Keputusan tidak berperasaan itu akan menandai titik tidak bisa kembalinya hubungan Gedung Putih dengan komunitas Muslim Amerika dan warga Amerika lainnya yang menentang genosida di Gaza," kata Direktur Dewan Keamanan Urusan Pemerintahan Hubungan Amerika-Islam Robert McCaw, dalam sebuah pernyataan.
"Pemerintahan sudah berada pada titik terendah dalam hubungannya dengan komunitas Muslim Amerika," kata McCaw, dilansir NBC News, Senin (22/4/2024).
Direktur Eksekutif American for Justice in Palestine Action, Osama Abu Irshaid, mengungkapkan, keretakan antara presiden dan pemilih Muslim Amerika sepertinya tidak akan bisa diperbaiki kecuali presiden bisa membatalkan apa yang telah dilakukan selama enam bulan terakhir di Gaza.
Abu Irshaid, yang tinggal di Virginia, memberikan suara untuk Biden pada tahun 2020 tetapi tidak berencana untuk memilih Biden atau mantan Presiden Donald Trump pada bulan November.
Lebih dari 33.000 orang di Gaza telah terbunuh sejak dimulainya perang, menurut kementerian kesehatan Gaza. Sekitar 1.200 orang di Israel tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, menurut pemerintah Israel, dan lebih dari 240 orang disandera. Lebih dari 100 sandera masih berada di Gaza, meski tidak jelas berapa banyak yang masih hidup.
Paket bantuan tersebut, yang sekarang akan diajukan ke Senat untuk kemungkinan disahkan minggu depan, akan menandai peningkatan signifikan dukungan AS terhadap Israel, meskipun AS telah mengirimkan senjata ke negara tersebut sejak awal perangnya dengan Hamas.
Anggota parlemen dari Partai Demokrat juga semakin kritis terhadap dukungan senjata kepada Israel. Awal bulan ini, lebih dari tiga lusin anggota Kongres, termasuk mantan Ketua DPR Nancy Pelosi, D-Calif, menandatangani surat yang meminta Gedung Putih untuk mempertimbangkan kembali keputusan baru-baru ini yang mengizinkan pengiriman paket senjata baru ke Israel.
Anggota Parlemen Progresif Pramila Jayapal, D-Wash., termasuk di antara anggota parlemen yang memberikan suara menentang bantuan Israel pada hari Jumat. Dia mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya berupaya untuk memastikan tidak ada pengiriman lebih banyak senjata ke Israel sebagai bagian dari paket bantuan. "Hanya karena kami mengizinkannya bukan berarti harus segera dikirim," ujarnya.
Di sisi lain, Biden memuji pengesahan DPR dalam sebuah pernyataan setelah pemungutan suara, dan mendesak Senat untuk segera mengirimkan paket ini ke mejanya sehingga dia dapat menandatanganinya menjadi undang-undang.
"Paket ini akan memberikan dukungan penting kepada Israel dan Ukraina, memberikan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza, Sudan, Haiti, dan lokasi lain yang terkena dampak konflik dan bencana alam di seluruh dunia, dan meningkatkan keamanan dan stabilitas di Indo-Pasifik," kata Presiden AS Joe Biden.
Dalam pemilu yang berlangsung ketat, kemarahan terhadap cara Biden menangani perang Israel-Hamas bisa menjadi kunci bagi negara-negara bagian yang dimenangkan oleh presiden tersebut pada tahun 2020 dengan selisih tipis.
Ketua Aliansi Muslim Arizona, Ahmed Ewaisha, mendukung Biden pada tahun 2020. Namun sekarang dia menegaskan menolak Biden. Sekarang bahkan dia menjabat sebagai salah satu ketua kampanye Abaikan Biden di negara bagian yang sangat penting tersebut. Ewaisha juga mengatakan tidak akan pernah mendukung Trump sama sekali. Meski begitu, dia memilih menentang Biden sebagai hukuman atas kebijakan presiden terhadap Israel dan Gaza.