Kamis 04 Apr 2024 20:50 WIB

Penyembelihan Sapi Merah Diyakini akan Dapat Respons Keras dari Dunia Internasional

Sebagai wilayah status quo, Yerusalem bukan hanya tentang agama Islam.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Palestina berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan di luar Kubah Batu di kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Sabtu, (16/3/2024).
Foto: AP
Muslim Palestina berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan di luar Kubah Batu di kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Sabtu, (16/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ritual penyembelihan sapi merah yang diyakini oleh sebagian kelompok Yahudi Israel terus menjadi sorotan khususnya umat Islam. Pasalnya, ritual tersebut akan menjadi pintu masuk untuk menghancurkan Masjidil Aqsa yang merupakan masjid suci bagi agama Islam.

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi mengatakan kepercayaan ritual sapi merah dianut oleh sebagian besar kelompok Ultra Ortodoks Yahudi. Mereka menginginkan wilayah Al Aqsa untuk dikuasai. Mereka juga tak ingin ada agama lain menguasai Al Aqsa.

Baca Juga

BACA JUGA: Indonesia Kini Nomor Dua, Ini Negara dengan Populasi Muslim Terbanyak di Dunia

"Ini kan yang menjadi masalah," ujar Yon kepada Republika.co.id, Kamis (4/4/2024).

Yon mengatakan upaya penghancuran Masjidil Aqsa selalu dilakukan. Menurut Yon, upaya penghancuran Masjidil Aqsa lewat cara ritual sapi merah diyakini akan mendapatkan respons keras dari dunia internasional.

Karena bagaimana pun Yerusalem bukan hanya tentang agama Islam, melainkan agama lain juga menganggap tempat tersebut suci. Yon mengatakan sebagai wilayah status quo, maka seharusnya dijaga untuk semua agama bukan menghancurkannya.

Yon meyakini selama pemerintahan Israel dikuasai oleh kelompok Ultra Ortodoks Yahudi, maka konflik akan terus berkepanjangan. "Kecuali pemerintahan berubah bukan kelompok kanan," kata Yon.

Sejatinya konflik berkepanjangan karena Israel...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement