REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasa syukur juga akan membuat nikmat yang kita peroleh bertambah, karena syukur itu merupakan syarat diberikannya nikmat oleh Allah SWT.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim Ayat 7)
Ketahuilah bahwasanya, nikmat yang dibarikan Allah SWT kepada umat manusia itu tak ada yang kekal, bisa lenyap dalam sekejap.
Tetapi, dilansir dari Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013, Imam al-Ghazali, mengatakan ada satu langkah agar nikmat yang diberikan Allah SWT itu tetap terjaga. Apa itu?
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa syukur adalah pengikat nikmat. Dengan terus menyatakan syukur, maka nikmat yang didapat seorang hamba akan menjadi langgeng dan lestari.
Sebaliknya, jika seorang hamba meninggalkan syukur, maka nikmat itupun akan lenyap. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَابِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰمَنْتُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا
“Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Allah Mahamensyukuri lagi Mahamengetahui.” (QS an-Nisa' Ayat 147). Dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
“Allah telah membuat suatu perumpamaan sebuah negeri yang dahulu aman lagi tenteram yang rezekinya datang kepadanya berlimpah ruah dari setiap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah. Oleh karena itu, Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan karena apa yang selalu mereka perbuat.” (QS An-Nahl Ayat 112).
Sementara itu, penegasan tentang pentingnya menjaga nikmat dengan bersyukur itu adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW bersabda:
إن للنعم أوابد كأوابد الوحش، فقيدوها بالشكر
"Sesungguhnya nikmat-nikmat itu memiliki sifat-sifat yang liar, seperti liarnya binatang liar. Maka ikatlah ia dengan bersyukur."
Tak heran, jika Rasulullah SAW menganggap syukur adalah ciri orang-orang yang beriman. Diriwayatkan dari Shuhaib, dia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Setiap perkara orang beriman itu sungguh luar biasa. Karena setiap urusannya adalah baik. Ini tidak akan terjadi pada diri seseorang kecuali orang beriman yang sejati. Jika dia memperoleh, kesenangan, dia bersyukur, dan ini baik baginya. Jika dia mengalami kesulitan, dia bersabar dan ini juga baik untuknya." (HR Muslim)