Rabu 13 Mar 2024 23:28 WIB

Tuduhan Pemerkosaan Oleh Hamas yang tak Pernah Terbukti dan Reaksi Para Aktivis

Hamas dituding lakukan pemerkosaan massal pada 7 Oktober lalu

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Pejuang Hamas, ilustrasi. Hamas dituding lakukan pemerkosaan massal pada 7 Oktober lalu
Pejuang Hamas, ilustrasi. Hamas dituding lakukan pemerkosaan massal pada 7 Oktober lalu

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA— Para aktivis, pengacara, dan akademisi mengatakan penggambaran media dan politisi Barat mengenai laporan PBB yang menuduh Hamas dan pejuang Palestina lainnya melakukan kekerasan seksual selama serangan mendadak 7 Oktober lalu tidak akurat. Sehingga mendorong "siklus propaganda pemerkosaan massal" terhadap warga Palestina.

Pada 4 Maret lalu perwakilan khusus kekerasan seksual dalam konflik PBB, Pramila Patten mengeluarkan laporan yang menuduh adanya kekerasan seksual selama serangan mendadak Hamas.

Baca Juga

Laporan tersebut dirilis menyusul serangkaian artikel di surat kabar Barat yang menggambarkan pemerkosaan massal dan kekerasan seksual yang dilakukan para pejuang Palestina terhadap warga Israel.

Namun, laporan-laporan tersebut dibantah para aktivis dan pegiat pro-Palestina sebagai laporan yang bias.

"Laporan tersebut tidak mencapai banyak kesimpulan yang dipuji oleh media Barat, dan beberapa temuannya justru melemahkan narasi Israel," kata Jaringan Solidaritas Feminis untuk Palestina, sebuah kelompok Pro-Palestina, dalam ulasan mengenai laporan PBB tersebut seperti dikutip Middle East Eye, Selasa (12/3/2024).

Jaringan ini menggambarkan dirinya sebagai "kelompok internasional yang terdiri dari para akademisi, pengacara, dan organisator feminis anti-imperialis, anti-kolonial, dan bekerja melawan propaganda kolonialisme pemukim zionis dan menuju Palestina yang merdeka".

Jaringan Solidaritas Feminis untuk Palestina mengatakan media-media Barat melakukan penyesatan dengan mengkarakterisasikan pekerjaan Patten sebagai "investigasi" sebab sebenarnya mandat kantornya hanya "mengumpulkan informasi" dan terlibat dalam "advokasi."

Mereka mencatat Israel menolak bekerja sama dengan tim investigasi PBB lain yang beroperasi di bawah Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengenai tuduhan tersebut.

Termasuk melarang para dokter dan petugas kesehatan yang merawat korban serangan 7 Oktober untuk berbicara dengan tim PBB.

"Ironisnya ketiadaan kemampuan atau kekuatan untuk menyelidiki kemungkinan besar mendorong Israel memperluas undangan Patten," kata para aktivis.

“Mereka sudah mengetahui sebelumnya misi tersebut tidak dapat, bahkan tidak akan, melakukan penyelidikan terlalu jauh," tambah mereka.

Para aktivis mengatakan Israel memuji laporan Patten sebagai "dukungan PBB atas klaimnya Hamas melakukan kekerasan seksual sistematis pada 7 Oktober."

Namun mereka mencatat dalam laporannya Patten membantah banyak klaim yang diajukan pemerintah Israel.

Patten membantah artikel NBC yang menyatakan seorang wanita ditemukan di Kibbutz Be'eri dengan "benda-benda seperti pisau yang dimasukkan ke dalam alat kelaminnya", dan mengatakan tim misi PBB yang meninjau foto-foto tempat kejadian "tidak menemukan hal seperti itu".

Patten juga mengatakan laporan-laporan yang diberikan tim cepat tanggap dari serangan 7 Oktober yang dipimpin Hamas berisi "contoh-contoh interpretasi forensik yang tidak dapat diandalkan dan tidak akurat dari orang-orang yang tidak terlatih".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement