REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua PWNU DKI Jakarta KH Syamsul Ma'arif mengungkapkan, polemik yang tengah terjadi di antara pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merupakan dinamika organisasi. Dia pun meminta para Nahdliyin untuk menyikapi menghangatnya eskalasi di internal PBNU dengan bijak, sopan, dan tidak berlebihan.
Melalui pernyataan yang disampaikan, ia meminta anggota Nahdliyin di Jakarta untuk menghindari kritik dan pujian yang berlebihan. Dia pun mendorong proses mencari solusi melalui doa, zikir, dan istighasah untuk memastikan keharmonisan organisasi. Kiai Syamsul Ma'arif berpendapat, konflik internal di PBNU adalah hal wajar dan merupakan bagian dari dinamika organisasi yang ada di berbagai institusi, tidak hanya di PBNU.
“Ini adalah bagian daripada dinamika organisasi. Maka harus kita sikapi dengan penuh kearifan. Mudah-mudahan ada jalan keluar yang terbaik, insya Allah yang mendapat ridha-Nya Allah,” ujar Kiai Syamsul kepada Republika, Kamis (27/11/2025).
Kiai Syamsul juga menekankan pentingnya warga Nahdliyin untuk mengendalikan penilaian pribadi ketika menilai figur atau situasi yang sedang terjadi. Ia berpendapat sesuatu yang terlihat sangat positif belum tentu merupakan pilihan terbaik, sementara sesuatu yang kurang disukai bisa jadi adalah pilihan terbaik di mata Allah.
“Banyak hal yang menurut diri kita itu baik banget ternyata itu bukan yang terbaik. Dan banyak yang tidak kita sukai, ternyata itu yang terbaik,” ujar dia.
Sebagai pimpinan di tingkat provinsi, Syamsul memberikan arahan kepada para kader dan anggota NU, terutama di Jakarta, untuk selalu berperilaku sopan dan menghindari ucapan yang menjelekkan terhadap mereka yang mungkin memiliki pandangan berbeda.
“Saya sebagai Ketua PWNU DKI Jakarta menghimbau kepada warga NU, terutama di Jakarta, agar menjaga kesopanan. Jangan melakukan hujatan kepada orang, meskipun itu bukan pilihan kita atau kita tidak sependapat,”kata dia.




