Selasa 05 Mar 2024 20:31 WIB

Kekerasan di Pesantren Kembali Terjadi, Ini Tanggapan MUI

MUI sayangkan masih adanya kekerasan di pesantren.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Hafil
KH Cholil Nafis
Foto: Republika/Prayogi
KH Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kasus meninggalnya seorang santri di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Lampung, yang diduga meninggal saat mengikuti kegiatan kenaikan sabuk pencak silat di pondok tersebut membuat pesantren kembali menjadi sorotan. Sebelumnya kekerasan di pesantren juga terjadi ponpes di Kediri dan Malang, Jawa Timur.

Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis merasa prihatin atas berbagai kasus kekerasan yang terjadi di pesantren dalam beberapa hari terakhir. Sebagai orang yang juga mempunyai pesantren, Kiai Cholil merasa ini adalah muhasabah bagi dirinya sendiri dan seluruh pengasuh Ponpes.

Baca Juga

"Kejadian itu mungkin karena pengurus itu sedang lengah," ujar Kiai Cholil kepada Republika.co.id saat ditemui di Kantor MUI Pusat, Selasa (5/3/2024).

Menurut Kiai Cholil dengan kejadian ini maka koordinasi antarguru atau pengawas harus lebih diintensifkan. Sebab, santri mempunyai karakter yang berbeda-beda dan faktor lain yang bisa memengaruhi kondisi santri. Misalnya karena sifat temperamen, terpaksa masuk pesantren dan jenuh.

Situasi seperti itu, bagi Kiai Cholil dapat menjadi pemicu terjadinya kekerasan di pesantren. Oleh karena itu, kiai alumni Ponpes Sidogiri ini mengatakan guru atau pengawas harus pula membaca kondisi psikologis santri.

Kiai Cholil menambahkan setiap kegiatan santri harus ada guru atau ustaz yang mengawasinya. Mereka tidak boleh diberikan ruang berkegiatan tanpa adanya pengawasan dari ustaz. Langkah-langkah ini, menurut dia, diakui membutuhkan langkah intensif.

Kiai Cholil menilai ada perubahan pola dalam pendidikan pesantren saat ini dengan zaman dulu. Dahulu, katanya, mayoritas masuk pesantren berdasarkan kemamuan sendiri. Adapun saat ini, memasukkan pesanten dijadikan alat ancaman bagi anak jika melakukan kenakalan. 

"Jadi guru harus mendampingi setiap ada tugas. Selain pemberi ilmu, guru juga bertugas pendisiplinan dan pengawasan," kata Kiai Cholil. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement