Selasa 05 Mar 2024 16:30 WIB

Haedar Nashir Dapat Hadiah Buku Jalan Baru Moderasi Beragama

Buku itu membedah pemikiran Haedar Nashir tentang moderasi.

Ketum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir bersama Jusuf Kalla, Susi Pudjiastuti, Ignatius Suharyo dan Abdul Muti dalam Peluncuran Buku Jalan Baru Moderasi Beragama Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir di Auditorium Perpusnas Nasional, Jakarta, Senin (4/3/2024).
Foto: Republika/Rahmat Fajar
Ketum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir bersama Jusuf Kalla, Susi Pudjiastuti, Ignatius Suharyo dan Abdul Muti dalam Peluncuran Buku Jalan Baru Moderasi Beragama Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir di Auditorium Perpusnas Nasional, Jakarta, Senin (4/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Kajian Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan buku Jalan Baru Moderasi Beragama di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin malam.

Ketua Lembaga Kajian Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah Fajar Riza Ul Haq dalam keterangan resmi menjelaskan, buku setebal 528 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas ini merupakan kumpulan tulisan dari beberapa rekan, pemikir keislaman dan keindonesiaan.

Baca Juga

"Sebagai salah satu hasil dari interaksi dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir baik secara fisik maupun pemikiran," katanya. 

Menurut Fajar, buku itu membedah pemikiran Haedar Nashir tentang moderasi, bukan hanya dalam urusan beragama, tetapi juga yang lain termasuk kebangsaan dan lainnya.

"Peluncuran buku ini tidak semata-mata merayakan 66 tahun Pak Haedar. Tapi bagaimana kita mencoba merawat pemikiran moderat untuk bangsa ini," kata Fajar. 

Peluncuran buku itu, juga dihadiri beberapa tokoh seperti Jusuf Kalla, Susi Pudjiastuti, Kardinal Suharyo, hingga Abdul Mu’ti. 

Wakil Presiden ke-10 dan 12 Indonesia, Jusuf Kalla menilai, pandangan moderat memang selalu dibutuhkan oleh bangsa yang majemuk seperti Indonesia. Bahkan juga dibutuhkan oleh umat beragama, sebab dalam agama juga terdapat perbedaan-perbedaan.

Tokoh asal Sulawesi Selatan ini juga sepakat dengan Muhammadiyah yang mengarusutamakan pendidikan karena  rendahnya pendidikan dan sikap toleransi seringkali menjadi sekam kering yang mudah dibakar oleh kepentingan sepihak.

Realitas itu, kata JK, juga yang menjadi pemicu saat kerusuhan di Poso. 

"Pendidikan dan hubungan kita dapat merubah itu dan dengan toleransi yang baik akan berguna bagi bangsa Indonesia," kata JK. 

Moderasi dalam pandangan Haedar Nashir, dalam buku itu, adalah tidak lembek dan bukan tanpa kejelasan, melainkan suatu sikap eklektik, tidak ekstrim kiri atau kanan.

Selain itu, moderasi yang dalam istilah Agama Islam disebut dengan wasathiyah juga mengandung nilai sebagai keunggulan dibandingkan dengan yang lain.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement