Kamis 22 Feb 2024 14:48 WIB

Dukung Brasil, Bolivia Ikut Sebut Kekejaman Israel di Gaza Sebagai Genosida

Mereka yang tak pedulian terhadap kebiadaban Israel, tak akan dimaafkan oleh sejarah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Presiden Bolivia, Luis Arce.
Foto: EPA-EFE/LUIS GANDARILLAS
Presiden Bolivia, Luis Arce.

REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ – Presiden Bolivia Luis Arce mendukung pernyataan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva yang membandingkan kejahatan agresi Israel di Jalur Gaza dengan pembantaian Yahudi oleh pemimpin Nazi, Adolf Hitler, pada Perang Dunia II. Akibat pernyataannya, Israel telah menyatakan Lula da Silva sebagai “persona non-grata”.

“Dari Negara Plurinasional Bolivia, kami menyampaikan solidaritas dan dukungan kami kepada saudara Presiden Brasil Lula da Silva, yang dinyatakan sebagai ‘persona non grata’ di Israel karena menyuarakan kebenaran mengenai genosida yang dilakukan terhadap rakyat Palestina yang pemberani,” kata Arce lewat akun X resminya, Rabu (21/2/2024).

Baca Juga

Dia menambahkan, mereka yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap kebiadaban Israel di Gaza, tidak akan dimaafkan oleh sejarah. Saat ini hubungan Israel dan Brasil sudah dibekap ketegangan menyusul komentar Lula da Silva yang menyamakan kekejaman Israel di Gaza dengan pembantaian Yahudi oleh pemimpin Nazi, Adolf Hitler, pada Perang Dunia II.

Pemerintah Israel telah menyatakan Lula da Silva sebagai “persona non-grata” pada Senin (19/2/2023). Artinya Tel Aviv tidak akan menerima kehadiran presiden berusia 78 tahun itu di negaranya. “(Lula da Silva) persona non-grata selama dia tidak menarik kembali ucapannya dan meminta maaf,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, dikutip laman Al Arabiya.

Pada Senin lalu, Katz juga telah memanggil Duta Besar (Dubes) Brasil untuk Israel Frederico Meyer. Mereka melangsungkan pertemuan di pusat peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem. Katz memanggil Meyer untuk menyampaikan protes atas komentar Lula da Silva.

Pemerintah Brasil juga telah memanggil Meyer pulang ke negaranya untuk keperluan konsultasi. Kementerian Luar Negeri Brasil juga telah memanggil dubes Israel untuk negara tersebut, Daniel Zonshine, pada Senin lalu. Menurut sumber diplomatik, dalam pertemuan itu, Menlu Brasil Mauro Vieira menyampaikan ketidakpuasan atas perlakuan Israel terhadap Meyer dan Lula da Silva.

Sebelumnya Lula da Silva menggambarkan agresi Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza sebagai genosida. Dia pun menyandingkan tindakan Israel dengan kekejaman yang dilakukan pemimpin Nazi, Adolf Hitler, pada era Perang Dunia II. “Apa yang terjadi di Jalur Gaza bukanlah perang, ini adalah genosida,” demikian saluran Canal Gov Brazil mengutip ucapan Lula da Silva, Ahad (18/2/2024).

Dia berpendapat, apa yang dihadapi dan dialami rakyat Palestina di Gaza belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. “Sebenarnya, hal itu telah terjadi: ketika Hitler memutuskan untuk membunuh orang-orang Yahudi (pada era Perang Dunia II),” kata da Silva. “Ini bukan perang antara tentara melawan tentara. Ini adalah perang antara tentara yang sangat siap dengan perempuan dan anak-anak,” tambahnya.

Merespons hal itu, Menlu Israel, Israel Katz, mengatakan pernyataan Lula da Silva memalukan dan serius. “Tidak seorang pun akan merusak hak Israel untuk mempertahankan diri. Saya sudah memerintahkan orang-orang di kantor saya untuk memanggil duta besar Brasil untuk panggilan teguran besok,” ungkap Katz lewat akun X resminya, Ahad pekan lalu, dikutip Anadolu Agency.

Sementara itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, komentar Lula da Silva telah melewati garis merah. “Kata-kata Presiden Brasil memalukan dan mengkhawatirkan. Ini tentang meremehkan Holocaust (pembantaian Yahudi pada Perang Dunia II) serta mencoba merugikan orang-orang Yahudi dan hak Israel untuk membela diri,” ujar Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

Saat ini Israel dan Hamas masih terlibat pertempuran di Jalur Gaza. Sejauh ini lebih dari 29 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement