Senin 19 Feb 2024 06:59 WIB

Tak Mau Perang Berakhir, AS akan Kembali Veto Gencatan Senjata di Gaza

AS sudah dua kali memveto langkah PBB.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Palestinamembawa bungkusan usai membeli roti dari toko roti di Rafah, Jalur Gaza, Ahad, (18/2/2024).
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestinamembawa bungkusan usai membeli roti dari toko roti di Rafah, Jalur Gaza, Ahad, (18/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para diplomat mengatakan Dewan Keamanan PBB tampaknya akan menggelar pemungutan suara untuk mendesak gencatan senjata perang Israel di Gaza. Sementara Amerika Serikat (AS) memberi sinyal akan memveto pemungutan suara yang didorong Aljazair itu.

Aljazair mengajukan rancangan resolusi desakan gencatan senjata itu dua pekan yang lalu. Namun Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield segera mengatakan teks itu dalam membahayakan "negosiasi sensitif" yang bertujuan menetapkan jeda pertempuran.

Baca Juga

Para diplomat mengatakan Aljazair meminta Dewan Keamanan untuk menggelar pemungutan suara pada Kamis (22/2/2024). Namun untuk dapat diadopsi resolusi Dewan Keamanan harus mendapatkan sembilan dari 15 suara dan tidak ada veto dari AS, Inggris, Prancis, Cina atau Rusia.

"Amerika Serikat tidak mendukung tindakan dalam rancangan resolusi ini. Jika resolusi dihasilkan melalui pemungutan suara seperti dalam rancangan, maka tidak akan diadopsi," kata Thomas-Greenfield, Sabtu (18/2/2024).

Washington selalu membela Israel dari langkah-langkah PBB dan sudah dua kali memveto langkah PBB sejak pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerang Gaza pada 7 Oktober lalu. Tapi juga sudah dua kali abstain, yang membuat Dewan Keamanan mengadopsi resolusi yang bertujuan untuk mendorong bantuan kemanusiaan ke Gaza dan mendesak jeda kemanusiaan untuk alasan kemanusiaan.

AS, Mesir, Israel dan Qatar sedang menggelar perundingan  untuk menciptakan jeda pertempuran dan pembebasan sandera yang masih ditawan Hamas. “Sangat penting bagi pihak-pihak lain untuk memberikan kesempatan terbaik bagi keberhasilan proses ini, daripada memaksakan tindakan yang justru menempatkannya – dan peluang bagi resolusi permusuhan yang berkelanjutan, dalam bahaya,” kata Thomas-Greenfield.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan perang Israel di Gaza sebagai balasan atas serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023 sudah menewaskan 28 ribu lebih rakyat Palestina. Kementerian tidak membedakan korban jiwa dari sipil dan kombatan.

Serangan udara, darat dan laut Israel juga mengubah Jalur Gaza menjadi puing-puing. Pemungutan suara Dewan Keamanan digelar saat Israel bersiap menyerah Rafah, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina mencari perlindungan.

Masyarakat internasional sudah mengungkapkan kekhawatiran mengenai rencana serangan yang dinilai akan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. "Situasi di Gaza merupakan bukti kengerian kebuntuan hubungan global," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Konferensi Keamanan Munich.

Saat diminta menjelaskan, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan Guterres merujuk pada lemahnya persatuan di Dewan Keamanan. "Dan bagaimana lemahnya persatuan itu melemahkan kemampuan kami untuk memperbaiki situasi di seluruh dunia," kata Dujarric.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement