REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD -- Kementerian Luar Negeri Pakistan mengeluarkan pernyataan yang mengecam keras agresi militer Israel ke Kota Rafah, selatan Gaza. Pakistan mengatakan operasi militer itu menimbulkan kehancuran dan pembantaian rakyat Palestina.
Israel membombardir Rafah dari laut dan udara tapi berencana menggelar serangan invasi darat skala besar ke kota paling ujung Jalur Gaza tersebut. Di mana ratusan ribu pengungsi Gaza mencari perlindungan di tempat yang relatif aman.
"Serangan ke Rafah akan melanggar tindakan sementara yang diputuskan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk melindungi rakyat Gaza dari genosida," kata Pakistan dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (13/2/2024).
Pakistan juga mengatakan rencana serangan itu akan memperburuk bencana kemanusiaan yang sudah disaksikan di Gaza dan membahayakan upaya yang sedang dilakukan untuk menghasilkan gencatan senjata. Pakistan mengatakan Dewan Keamanan PBB yang sedang mempertimbangkan rancangan resolusi gencatan senjata, harus mengambil tindakan darurat untuk segera mengakhiri agresi Israel.
Pernyataan ini disampaikan di tengah unjuk rasa dan ketidakpastian yang sedang melanda Pakistan. Setelah pemilihan umum 8 Februari 2024. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sudah 28 ribu rakyat Palestina tewas dalam respon Israel atas serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023.
Israel mengeklaim Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 240 lainnya dalam serangan tersebut. Sudah 100 sandera dibebaskan dalam gencatan senjata yang digelar selama satu pekan pada akhir November tahun lalu.
Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kementerian Luar Negeri Jepang dan Menteri Luar Negeri Inggris juga menyampaikan kekhawatiran mengenai rencana serangan darat Israel ke Rafah.