REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Amerika Serikat (AS) berniat melanjutkan serangan ke kelompok-kelompok yang didukung Iran di Timur Tengah. Hal ini disampaikan setelah AS menyerang beberapa faksi yang didukung Teheran di Irak, Suriah dan Yaman dalam dua hari terakhir.
AS dan Inggris menggelar serangan terbaru pada 36 target Houthi di Yaman. Satu hari setelah militer AS menyerang kelompok yang didukung Teheran di Irak dan Suriah pada Jumat (2/2/2024) sebagai balasan atas serangan drone yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania pekan lalu.
"Kami berniat untuk menggelar serangan tambahan, dan aksi tambahan, untuk melanjutkan pengiriman pesan, Amerika Serikat akan merespon bila pasukan kami diserang, ketika orang-orang kami dibunuh," kata Sullivan di acara televisi "Meet the Press" di stasiun televisi NBC, Ahad (4/2/2024).
Serangan itu merupakan eskalasi terbaru dalam konflik Israel di Gaza yang berlangsung sejak Hamas menggelar serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober 2023. Israel mengklaim dalam serangan itu Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 240 orang lainnya.
Upaya pemerintah Presiden AS Joe Biden membendung konflik tersebut juga terus dilakukan. Menteri Luar Negeri Antony Blinken kembali ke Timur Tenga pada Ahad sore kemarin. Kelompok-kelompok yang didukung Iran mendeklarasikan dukungan pada rakyat Palestina: Hizbullah menembakan target-target Israel di perbatasan Lebanon-Israel, milisi Irak menembak pasukan AS di Irak dan Suriah, dan Houthi di Yaman menyerang kapal-kapal komersial dan angkatan laut di Laut Merah dan ke Israel.
Sejauh ini Iran masih menjaga jarak untuk berperan langsung dalam konflik Israel-Hamas. Meski proksi-proksinya di kawasan aktif terlibat. Pentagon mengatakan tidak ingin berperang melawan Iran dan yakin Teheran juga tidak ingin berperang.
Sullivan menolak berkomentar lebih jauh mengenai apakah AS mungkin akan menyerang lokasi-lokasi di dalam wilayah Iran, sesuatu yang selama ini sangat dihindari militer AS. "Serangan hari Jumat, hanya awal, bukan akhir dari respon (AS), dan akan lebih banyak langkah, yang mungkin terlihat atau tidak terlihat," kata Sullivan di acara televisi "Faceb the Nation" stasiun televisi CBS.
"Saya tidak akan menggambarkannya sebagai operasi militer dengan akhir yang terbuka," katanya. Pentagon mengatakan serangan ke Yaman pada Sabtu lalu menghantam gudang senjata, sistem dan peluncur rudal dan kapabilitas lainnya yang digunakan Houthi menggelar serangan di jalur pelayaran Laut Merah.
Militer AS menambahkan serangan itu mengincar 13 lokasi di seluruh Yaman. Juru bicara Houthi Yahya Sarea mengatakan serangan-serangan itu "tidak akan berlalu tanpa respon dan konsekuensi." Juru bicara Houthi lainnya Mohammed Abdulsalam mengindikasi kelompoknya tidak akan tergoyahkan. Ia mengatakan dukungan Yaman pada Gaza tidak akan terdampak pada serangan apa pun.
Warga mengatakan mereka merasakan guncang keras akibat ledakan. "Gedung tempat yang tinggal terguncang," kata salah satu warga Sana'a yang dikuasai Houthi, Fatima. Ia menambahkan sudah bertahun-tahun ia tidak merasakan ledakan sebesar itu di negara yang dilanda perang sipil selama satu dekade lebih.
Houthi tidak mengungkapkan adanya korban jiwa dan terluka. Blinken akan berkunjung ke Arab Saudi, Mesir, Qatar dan Israel dalam beberapa hari ke depan dalam kunjungan kelimanya ke Timur Tengah sejak bulan Oktober. Kunjungan ini akan fokus untuk mendorong perundingan pembebasan sandera Israel dengan syarat gencatan senjata sementara di Gaza.
Ia juga akan mendorong kesepakatan besar yang ditengahi AS antara Arab Saudi dan Israel untuk menormalisasi hubungan yang diperkirakan akan mengakhiri konflik Gaza dan jalan menuju pendirian negara Palestina di masa depan.