REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perempuan ICMI Welya Safitri menyambut baik peringatan World Hijab Day (WHD) atau Hari Hijab Sedunia. Menurutnya, hal yang sama juga sedang diperjuangkan oleh ICMI untuk mewujudkan hari hijab nasional setiap 8 Maret.
“Saya sangat menyambut baik hari hijab sedunia ini yang digagas oleh seorang Muslimah keturunan Bangladesh, dan ICMI sendiri sedang menggagas hari hijab nasional pada 8 Maret,” kata Welya dalam sambungan telepon, Kamis (1/2/2024).
Welya kemudian mengenang kembali bagaimana perjuangan ICMI untuk mewujudkan jilbab Polwan (polisi wanita) sepuluh tahun lalu di Istana Bogor. Termasuk juga memperjuangkan jilbab TNI bagi Muslimah.
Dengan segala proses dan perjuangan itu, Welya ingin mempertegas kembali dengan membuat peringatan hari hijab nasional yang akan diperingati setiap 8 Maret. Welya berharap Presiden RI Joko Widodo dapat mewujudkannya, baik dalam bentuk UU ataupun Keppres, sebagai bentuk kepedulian negara dan penghargaan negara kepada muslimah yang melaksanakan syariah agama mereka dengan mengenakan hijab.
“Kenapa sekarang kita harus mempertegas mengenai hijab ini?” kata Welya.
Welya kemudian menyinggung perihal dugaan penghinaan yang dilakukan oleh senator asal Bali yang belum lama ini viral. Setelah apa yang diperjuangkan oleh ICMI dengan jilbab Polwan, jilbab Muslimah TNI, Welya tidak ingin Muslimah yang mencoba menjalankan syariat agama mereka justru mengalami diskriminasi di tempat kerja mereka.
“Makanya kalau bisa ini kita kuatkan, dengan UU itu lebih bagus, kan hari batik ada, hari santri ada, hari ibu, hari ayah, saya minta untuk muslimah hari hijab saja. Kita menyiar lagi perjuangan yang sudah kita lakukan 10 tahun yang lalu itu. Apalagi dengan adanya hari hijab internasional, lebih bagus lagi,” ujar Welya.