Senin 29 Jan 2024 17:01 WIB

AICIS Ke-23 akan Bahas Masalah Krisis Kemanusiaan, Termasuk Isu Palestina

AICIS kali ini bertujuan untuk mendefinisikan kembali peran agama, terutama Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Warga Palestina yang mengungsi memegang panci dan ember kosong saat menunggu menerima bantuan makanan yang diberikan oleh kelompok pemuda Palestina di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza Selatan, (25/1/2024).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina yang mengungsi memegang panci dan ember kosong saat menunggu menerima bantuan makanan yang diberikan oleh kelompok pemuda Palestina di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza Selatan, (25/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) akan kembali menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23 di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang pada 1-4 Februari 2024. Para akademisi dari sejumlah negara akan mendiskusikan beragam persoalan kontemporer dalam bingkai tema ''Mendefinisikan Ulang Peran Agama dalam Mengatasi Krisis Kemanusiaan: Menghadapi Isu Perdamaian, Keadilan, dan Hak Asasi Manusia''.

Staf Khusus Menag bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo mengatakan, masalah krisis kemanusiaan di Gaza, Palestina juga akan menjadi salah satu pembahasan dalam AICIS kali ini. Karena, menurut dia, kalau berbicara perang pasti menyangkut soal kemanusiaan. 

Baca Juga

"Gaza saya kira menjadi salah satu bahasan. Banyak paper yang membicarakan soal isu-isu Palestina. Saya kira itu juga masih relevan dan menjadi isu hangat antara Gaza, Rohingya, Ukraina-Rusia," ujar Wibowo di Setia Budi, Jakarta Selatan, Senin (29/1/2024).

Sebelumnya, panitia AICIS telah telah menyeleksi 1.957 artikel yang dikirim calon peserta konferensi, hingga terpilih 328 paper terbaik. Para penulis berasal dari 10 negara, yaitu Afghanistan, Armenia, Mesir, Indonesia, Irak, Malaysia, Moroko, Nigeria, Pakistan, dan Sri Lanka. Mereka terbagi dalam tiga kelompok, Invited Papers (80), Open Panel (100), dan Extended Panel (148).

"AICIS kali ini bertujuan untuk mendefinisikan kembali peran agama, terutama Islam, dalam menghadapi tantangan kemanusiaan kontemporer di kancah global," ucap Wibowo.

Gelaran AICIS bertepatan dengan momentum Hari Internasional Persaudaraan Manusia yang ditetapkan PBB sejak 2020 untuk diperingati setiap 4 Februari. Menurut Wibowo, ada tujuh isu atau sub tema yang akan dibahas. 

Pertama, tentang Agama, Nasionalisme, dan Kewarganegaraan di Asia Tenggara. Kedua, Dampak Isu dan Ketegangan Keagamaan Internasional terhadap Nasionalisme, Kewarganegaraan, dan Hak Asasi Manusia. Ketiga, Krisis Kesetaraan, Keadilan, dan Kemanusiaan. Keempat, Ketegangan Agama dan Kemanusiaan Global. Kelima, Isu Gender, Spiritualitas, dan Minoritas. Keenam, Fikih Siyasah tentang Perang dan Damai: Pasca Kolonial. Ketujuh, Kebijakan berbasis Maslahah Mursalah, Kesetaraan, dan Pemberdayaan.

"Isu besarnya adalah peran agama dalam menguatkan nasionalisme, merespons krisis keadilan dan kesetaraan, masalah gender, serta kemaslahatan umat, termasuk yang berkenaan dengan krisis iklim," kata Wibowo.

Di tempat yang sama, Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Prof Ahmad Zainul Hamdi atau yang akrab dipanggil Prof Inung menjelaskan, ada 25 sesi panel yang disiapkan panitia untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi sub tema. Sejumlah akademisi dari dalam dan luar negeri dijadwalkan hadir dan ikut sumbang pemikiran.

Mereka adalah  Dr. (HC). K.H Yahya Cholil Staquf (Nadhlatul Ulama Central Board), Prof. Dr. Ismail Fajrie Alatas (New York University), Prof. Rahimin Afandi bin Abdul Rahim (Universitas Malaya), Prof. Dr. Claudia Saise (Humboldt-Universität zu Berlin), Prof. Dr. Dora Marinova (Curtin University, Australia), Prof. Dr. Abdul Djamil, MA (State Islamic University Walisongo Semarang, Indonesia), Prof. Dr. Kamaruzaman (Asian Muslim Action Network), Prof. Dr. Hassanein Al-Saeed Hassanein Ahmed (Suez Canal University, Egypt), Prof. Madya Dr. Kamaluddin Nurdin Marjuni (Universiti Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam), Assistant Professor Dr. Jassim Mohammed Harjan (University of Baghdad, Iraq), Fazlur Rahman bin Kamsani (Middle East Institute National University of Singapore), dan Dr. Fatma Mohamed Mansour (Suez Canal University)

Berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu, AICIS 2024 juga akan diperkuat dengan adanya temu para pemuka/pemimpin lembaga keagamaan atau religious leaders summit.

Sebanyak 14 tokoh agama dari berbagai negara terkonfirmasi hadir, yaitu KH. Yahya Cholil Staquf (Indonesia), Pimpinan PP Muhammadiyah (Indonesia), Prof. Philip Kuntjoro Widjaja (Indonesia), Mayor Jenderal TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, S.I.P. (Indonesia), Venerable Dr. Vanh Keobundit (Laos), Venerable Dr. Yon Seng Yeath (Cambodia), Mr. Bounthavy Phonethasin (Laos), YB Datuk Dr. Hasan bin Bahrom (Malaysia), Phra Dr. Anilman Dhammasakiyo (Thailand), Pdt. Gomar Gultom (Indonesia), Romo Hery Wibowo (Indonesia), Ws. Andi Gunawan, ST (Indonesia), Dr. A. Elga J. Sarapung (Indonesia), dan Bishop Pablo Virgilio Siongco David (Philippines).

"Para tokoh ini akan ikut serta dalam membahas solusi atas serangkaian persoalan kontemporer dari perspektif keagamaan. Ini sejalan dengan COP28 di Dubai pada akhir 2023 yang juga mulai melibatkan tokoh agama dalam pembahasan krisis iklim," jelas Prof Inung.

Dia menambahkan, pertemuan para tokoh agama itu akan menjadi ajang berbagi perspektif dan wawasan berbasis pengalaman mereka dalam merespons isu-isu kemanusiaan dan kedamaian. "Hasil pembahasan para pemuka agama dibahas dalam sesi On Stage Discussion yang menghasilkan Semarang Charter (Piagam Semarang)," ujar Prof Inung. 

Selain menggelar Religious Leaders Summit, ada sejumlah acara yang juga akan memeriahkan AICIS 2024. Pertama, Islamic Culture and Civilization Expo atau pameran budaya dan peradaban Islam. Para pengunjung AICIS akan diajak menyaksikan warisan peradaban melalui artefak dan manuskrip kuno dalam tampilan interaktif yang menarik. 

"Temukan keindahan seni dan arsitektur Islam yang menakjubkan, mulai dari kaligrafi rumit dan pola geometris yang memukau hingga masjid megah dan istana yang menakjubkan. Ini adalah dunia sastra dan filsafat Islam," kata Prof Inung.

Kedua, Islamic Higher Education Expo and Journal Clinique atau Expo Pendidikan Tinggi Islam dan Jurnal Clinique. Even ini menampilkan beragam hasil karya akademik sejumlah universitas dan institusi Islam bergengsi di Indonesia dan negara-negara lain. Ada juga Klinik Jurnal untuk meningkatkan kualitas riset dan keterampilan menulis akademis.

"Termasuk meningkatkan peluang keberhasilan publikasi di jurnal bereputasi dengan bimbingan dan dukungan ahli," jelas dia.

Ketiga, wisata budaya ke Kota Tua Semarang untuk menyelami suasana peninggalan zaman kolonial, berupa kemegahan arsitektur bangunan yang dihiasi pengaruh Eropa. "Panitia juga akan memberikan kesempatan untuk masuk ke Gereja Blenduk yang bersejarah, sebuah bangunan Katolik yang terus melayani jemaatnya hingga saat ini," ucap Prof Inung.

Terakhir, Festival Makanan Halal Semarang. Para pengusaha kuliner lokal akan menyelenggarakan Semarang Halal Food Festival yang menampilkan beragam menu hidangan halal dari berbagai daerah. 

"Akan ada pesta durian selama pameran," ujar dia.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement