Ahad 28 Jan 2024 20:10 WIB

Tiga Jalan Sunyi Menuju Kematian dan Menghadap Allah SWT Kelak

Kematian merupakan keniscayaan untuk setiap makhluk

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Ziarah kubur (ilustrasi). Kematian merupakan keniscayaan untuk setiap makhluk
Foto:

Orang yang siap pasti sudah berusaha keras dalam hal ini, dan tidak akan meninggalkan tugas apapun yang tidak terlaksana yang akan mengalihkan perhatian dan menyibukkan hatinya.

Memutuskan hati dari kehidupan dunia tidak akan tercapai kecuali jika seseorang juga mempunyai akhlak yang seimbang dan hati yang sehat dan lurus. Hal ini terjadi dengan menyucikan hati dari sifat sombong, iri hati, benci, dan segala sifat negatif yang telah kami sebutkan dalam karya kami al-Muhlikaat (pada bagian ketiga Ihya Ulumuddin). Inilah penyakit hati yang harus disembuhkan, karena orang yang sakit bukanlah orang yang siap untuk bepergian.

Hal ini tidak mengharuskan seorang hamba untuk sepenuhnya terbebas dari kualitas-kualitas negatif ini, namun kualitas-kualitas negatif ini harus tetap lemah di dalam diri seseorang dan tidak diperkuat oleh tindakan atau kata-kata yang bertentangan dengan jalan kesadaran Tuhan.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Anak Adam tidak akan pernah aman dari tiga hal, iri hati, takut akan nasib buruk, dan berpendapat buruk terhadap orang lain. Aku akan memberitahumu cara untuk melarikan diri dari mereka. Jika kamu merasa iri terhadap seseorang, jangan berusaha untuk mendapatkan apa yang dimilikinya. Jika kamu melihat suatu pertanda buruk, lanjutkanlah tanpa mengubah perilaku kamu. Jika kamu berpikir buruk tentang seseorang, jangan mencoba membenarkan pikiranmu dengan mendiskusikannya dengan orang lain.”

Oleh karena itu, menghilangkan unsur-unsur ini sepenuhnya dari dalam diri seseorang bukanlah suatu kondisi yang diperlukan untuk diselamatkan. Cukuplah seseorang tidak mewujudkannya dengan bertindak sesuai dengannya.

Karakter yang seimbang itulah yang sesungguhnya hakiki, dan itulah yang dimaksud dengan ungkapan khuluq al-hasan. Seseorang tidak dapat mencapai karakter seperti itu kecuali melalui perjuangan, kerja keras, dan pengakuan atas bidang-bidang di mana ia telah menipu dirinya sendiri.

Semua hal negatif yang kami sebutkan di sini dihasilkan kecintaan terhadap dunia ini. Jika seorang hamba menyadari bahwa akhirat itu lebih baik dan kekal, tentu dia akan lebih memilihnya dibandingkan kehidupan dunia.

Kesadaran tersebut merupakan buah dari ilmu ini, dan ilmu tersebut merupakan cabang-cabang keimanan.

Ketiga, mempersembahkan hadiah Kepada Allah SWT

Haidah yang harus dipersiapkan oleh seorang musafir ke akhirat untuk dipersembahkan kepada Tuhan adalah iman yang menimbulkan rasa cinta kepada Allah SWT.

Iman yang kami maksud di sini adalah gnosis (makrifat) yang menguasai hamba seutuhnya dan menguasai hatinya seutuhnya, hingga seolah-olah hamba benar-benar melihat-Nya.

Iman kemudian menjadi sesuatu yang vital bagi hati, gigih dan konstan di dalamnya, sedemikian rupa sehingga tidak ada yang terlintas dalam pikiran hambanya kecuali Allah SWT, baik dalam pikiran yang mengakar maupun dalam pikiran yang sekilas.

Kesadaran dan fokus yang terus-menerus kepada Allah SWT adalah tingkatan iman yang tertinggi.

Tingkatan keimanan yang pertama dan paling rendah adalah seperti meyakini bahwa ada orang yang bernama Zaid berada di dalam rumah karena diberitahu oleh orang yang dipercaya.

Tingkatan kedua seperti mempercayai Zaid ada di dalam karena seseorang mendengar suaranya. Yang ketiga dan tingkat tertinggi adalah seperti benar-benar melihatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement