REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rudal balistik antikapal Houthi menghantam kapal kargo Amerika Serikat (AS) di Laut Merah. Komando Pusat AS (CENTCOM) melaporkan serangan tersebut melibatkan tiga rudal, salah satunya menghantam Gibraltar Eagle dan menyebabkan kebakaran.
Dikutip dari the Independent, Selasa (16/1/2024) CENTCOM mengatakan tidak ada laporan korban luka. "Akibat dampak tembakan, kapal mengalami kerusakan terbatas pada penahan kargo tapi masih dalam keadaan stabil dan keluar dari perairan tersebut," kata operator kapal Eagle Bulk.
Juru bicara Houthi Yahya Saree mengklaim, serangan itu dalam rekaman pidato yang ditayangkan di televisi. Ia berjanji kelompoknya akan mengincar semua kapal AS dan Inggris. Pihak berwenang memperingatkan kapal-kapal lain yang berlayar di Laut Merah.
Serangan ini digelar setelah pesawat tempur AS menghalau dan menghancurkan rudal jelajah antikapal yang ditembakan Houthi dari Yaman ke arah kapal destroyer USS Laboon di Laut Merah. Peristiwa itu terjadi di pesisir Kota Hodeidah, di barat Yaman, yang menjadi bandaranya menjadi target serangan gabungan AS-Inggris pekan lalu.
Sebelumnya pada jaringan media Aljazirah, juru bicara Houthi Nasruldeen Amer mengatakan kapal-kapal Inggris dan AS merupakan 'target sah'. "Bagi kami untuk mengincarnya kapal-kapal itu tidak harus menuju Israel, cukup hanya mereka kapal Amerika," katanya. "Amerika Serikat di pengujung kehilangan keamanan maritim," tambah Amer.
Sejak perang Israel di Gaza pecah pada 7 Oktober lalu Houthi yang didukung Iran, menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah. Mereka mengatakan menyerang kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel atau pelabuhan Israel sebagai bentuk solidaritas pada rakyat Palestina yang dibombardir Israel di Gaza.
AS yang merasa serangan-serangan tersebut membahayakan perdagangan dunia membentuk koalisi pertahanan maritim di Laut Merah (OPG). AS mengatakan serangan-serangan Houthi dapat menekan perekonomian global yang mendorong kenaikan harga pangan dan bahan bakar.