Selasa 09 Jan 2024 20:55 WIB

17 Fakta Ini Mudahkan Kita Memahami Rencana Busuk Zionisme Dirikan Israel

Zionisme menjadi inisiator berdirinya negara Israel yang zalim

Zionisme (ilustrasi). Zionisme menjadi inisiator berdirinya negara Israel yang zalim
Foto:

15. Sementara itu, lobi zionis terhadap Pemerintah Amerika Serikat semakin ditingkatkan, misalnya lewat electoral punishment, menarik dukungan mereka pada pemilu.

Kemenangan kaum zionis, tulis Ovendale, didukung mesin propaganda serta akses media. Kelebihan lainnya adalah dengan menggunakan Holocaust untuk mendulang simpati.

16. Setelah menyerahkan mandat Palestina kepada PBB, pada 1947 Majelis Umum PBB pun melakukan voting pemecahan wilayah Palestina. Zionisme meraih kemenangan lewat Resolusi 181 yang dikenal dengan Partition Plan. Tanah Palestina terbagi tiga: wilayah Arab, wilayah Yahudi, dan Yerusalem yang berstatus di bawah pengawasan internasional.

Partition Plan mendorong kaum zionis untuk mendeklarasikan berdirinya negara Israel, 14 Mei 1948. Pada 1949, pengungsi Palestina yang terusir nyaris mencapai satu juta jiwa.   

17. Bagi bangsa Arab, Palestina adalah tanah air mereka. Hingga kini, kedudukan Palestina-Israel tak setara. Palestina hingga kini bukan sebuah negara. Edward W Said, profesor di Columbia University, Amerika Serikat, yang menulis setidaknya delapan buku mengenai Palestina, mendukung Palestina-Israel hidup berdampingan secara damai asalkan agresi militer dan penindasan terhadap Palestina diakhiri Israel. Meski terbilang moderat, Said menyatakan, zionis ingin menghentikan langkahnya.

Saat penganut Kristen Episkopalian yang lahir di Nazareth, Yerusalem, ini mengunjungi penjara Khiam yang dibangun Israel di Lebanon selatan, dia memotretnya. 

Esoknya, media Israel dan Barat memuat Said sebagai ''teroris pelempar batu, pria pecinta kekerasan, dan lain-lain''. Dia menilai, tindakan itu sebagai ''propaganda zionis yang penuh permusuhan''.

Pada 2001, tulis Said, ''Israel menyewa pengacara Amerika Serikat keturunan Israel untuk 'menyelidiki' 10 tahun pertama kehidupan saya dan 'membuktikan' saya tidak pernah tinggal di sana meski lahir di Yerusalem. 

Mungkin, ini menunjukkan saya pembohong yang keliru menafsirkan 'hak untuk pulang'. Padahal, 'hak untuk pulang' memungkinkan kaum Yahudi dari mana saja datang dan tinggal di Israel meski tak pernah menginjakkan kaki di Israel.''

photo
BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement