Jumat 22 Dec 2023 22:38 WIB

Upaya INSTIKA untuk Jaga Moderasi Beragama di Madura

Moderasi beragama menguatkan masyarakat untuk cinta Tanah Air.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Para peserta seminar nasional bertajuk Sosialisasi Ideologi Pancasila di Kalangan Santri dan Akademisi Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Kabupaten Sumenep, Senin (28/3/2022).
Foto: Dok Republika
Para peserta seminar nasional bertajuk Sosialisasi Ideologi Pancasila di Kalangan Santri dan Akademisi Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Kabupaten Sumenep, Senin (28/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan konflik antara Syiah-Sunni di Kabupaten Sampang menjadi catatan buruk dalam kerukunana umat beragama di Pulau Madura. Agar konflik seperti itu tidak terjadi lagi, maka pihak kampus harus terlibat untuk menjaga nilai-nilai moderasi beragama. 

Salah satu kampus Islam di Madura, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Sumenep telah melakukan upaya strategis untuk menjaga moderasi beragama di Madura. Di antaranya, INSTIKA mengarahkan mahasiswanya untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN). 

Baca Juga

Salah satu dosen INSTIKA, Abd Warits mengatakan, sebenarnya di Sumenep sendiri tidak pernah terjadi konflik aliran keagamaan seperti di Sampang. Karena, menurut dia, hubungan Kiai Kampung dengan para pengurus Nahdlatul Ulama (NU) masih terjalin dengan baik. 

"Nah kita sendiri punya program KKN untuk menjaga moderasi beragama. KKN kita dari awal memang diarahkan. Meskipun tidak secara spesifik membahas tentang moderasi, kita benar-benar mengajarkan karakter pesantren," ujar Warits saat ditemui usai menyampaikan hasil penelitiannya dalam acara Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin di Bandung, Kamis (21/12/2023). 

Di dunia pesantren, menurut dia, moderasi sendiri sudah menjadi karakter yang melekat pada pesantren. Di pesantren telah ditekankan sikap saling menghormati dan toleransi di antara kelompok agama yang berbeda. 

"Nah kita mengajarkan itu. Dan memang benar-benar mewanti-wanti untuk hati-hati ketika terjun di masyarakat. Itu upaya yang mungkin lebih nyata untuk memberikan pendampingan yang fisiknya adalah moderasi," ucap Warits. 

Dalam acara Konferensi Moderasi Beragama Asia, Afrika dan Amerika Latin tersebut, Warits juga menyampaikan hasil penelitiannya yang berjudul "Fighting The Islamic Radicalism Movement In Sumenep: Study Of Existence “Kiai Kampung” On Managing Mosque Religious Activities to Fight Radical Islamic Infiltration". 

Dalam penelitiannya ini, Warits menyoroti peran Kiai Kampung untuk membentengi masjid dari paham-paham radikalisme, khususnya di daerah Sumenep. Menurut dia, INSTIKA juga berupaya untuk memberikan wawasan kepada para kiai kampung tersebut tentang adanya kepentingan para penyebar paham radikal. 

"Kiai Kampung sebagai aktor utamanya. Jadi mereka yang kemudian berhadapan dengan orang yang berupaya mau menduduki masjid itu. Nah kita kasih wawasan lah bahwa mereka yang datang dengan isu keragamaan itu tidak semuanya murni kepentingan agama," jelas Warits. 

Sementara itu, SC Kongres Moderasi Beragama Asia, Afrika dan Amerika Latin sekaligus Kepala Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ), Samidi menyarankan kepada INSTIKA untuk tidak hanya menjaga nilai-nilai moderasi di Madura, tapi juha menjaga Generasi Z dari ajaran-ajaran radikal. 

"Untuk mengatisipasi harus ada upaya preventif dari kampus. Karena sekarang gerakan radikalisme itu memang lebih mengarah kepada Gen Z yang masih mencari identitas diri," kata Warits.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement