REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendukung pembentukan majelis ulama perempuan global. Keberadaan majelis ini sebagai upaya memberikan ruang bagi perempuan menggali potensi untuk berkontribusi mencari solusi isu-isu global, serta mendukung kesetaraan gender yang sesuai dengan syariah Islam.
Hal ini disampaikan Ma'ruf saat menerima cendekiawan perempuan Mesir Nahla Sabry El-Saidy di Kediaman Resmi Wapres Jl. Diponegoro No. 2, Jakarta, Kamis (21/12/202).
Nahla yang saat ini menjabat sebagai Direktur Markaz Tathwir (Pusat Pengembangan Pelajar dan Mahasiswa Asing Al-Azhar) menyampaikan pemikirannya dalam forum internasional tentang perlunya pembentukan Majlis Ulama Perempuan Global, termasuk di Indonesia.
“Di Pakistan sudah dibentuk majelis seperti ini, saya harap di semua negara-negara berpenduduk muslim (termasuk Indonesia) juga membentuk majelis yang sama, karena setiap lokasi punya permasalahan berbeda,” ungkap Nahla dikutip dari siaran pers BPMI Setwapres.
Meskipun saat ini banyak perempuan yang sudah menduduki posisi penting, tetapi Nahla menilai, masih banyak yang belum memahami konsep sesungguhnya tentang perempuan dalam Islam. Karena itu, ia berharap ada sebuah forum yang mendukung kesetaraan yang tidak bias dan tidak zalim.
“Kami mengharapkan majelis perempuan ini yang akan memetakan dan merumuskan cara berpikir muslimah yang sesuai dengan Islam,” katanya.
Ma'ruf pun mendukung dibentuknya Majelis Perempuan Global. Namun, ia berharap Al-Azhar yang akan menginisiasi secara konsep dan pemikiran, selebihnya secara teknis akan dilakukan oleh pihak di Indonesia.
“Saya berharap wanita memahami berbagai masalah. Kita harus mempersiapkan wanita-wanita hebat yang selain mengusai agama, juga paham ekonomi. Bahkan kita sedang fokus di sektor ekonomi syariah. Saya ingin banyak wanita yang faham betul (tentang ekonomi syariah),” kata Ma'ruf.
Dalam kesempatan tersebut, Ma'ruf juga menyampaikan apresiasi kepada Al-Azhar karena telah memberikan penghargaan kepadanya atas kontribusinya membumikan Islam wasathiyyah.
“Saya senang sekali saya dapat penghargaan dari Syaikhul Al-Azhar tentang Islam wasathiyyah. (Penghargaan diberikan) langsung dari Syeikh Al-Azhar,” ujarnya.
Sebagai informasi, Nahla Sabry El-Saidy terpilih sebagai 50 wanita paling berpengaruh di Mesir karena dinilai telah banyak memberi kontribusi luar biasa dalam pengembangan proses belajar mahasiswa asing Al-Azhar.
Nahla adalah putri dari ulama Al-Azhar Syeikh Sabry Qutb El-Saidy. Ia pernah diangkat sebagai Wakil Dekan Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab untuk Perempuan di Kairo dan Dekan Fakultas Ilmu Islam untuk Pelajar Asing di Nasr City pada Januari 2019.
Ia termasuk wanita pertama yang ditunjuk Al-Azhar dalam sejarah Mesir untuk jabatan ini. Nahla adalah ulama perempuan yang menentang pernikahan di bawah umur dan mendukung perjalanan perempuan tanpa mahram. Ia melahirkan banyak buku, di antaranya Adwa Al-Bayan, Al-Azhar di Masa Lalu dan Masa Kini.