Rabu 20 Dec 2023 18:39 WIB

PBNU Sebut Moderasi Beragama Cara Terbaik Perangi Radikalisme Terorisme

Radikalisme dan terorisme adalah bentuk kejahatan yang sangat kompleks.

Ilustrasi Radikalisme
Foto:

“Kita bisa lihat bagaimana organisasi seperti NU yang giat menuntut pemerintah untuk membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). NU juga terus menyuarakan supaya Salafi dan Wahabi itu bisa dibendung perkembangannya, karena dikhawatirkan akan membahayakan kehidupan masyarakat kita yang bhinneka ini,” kata pria yang biasa disapa Gus Najih.

Mencuatnya berbagai aktivitas jaringan teror seperti Negara Islam Indonesia (NII), lanjut Gus Najih, juga sempat menyita perhatian publik. Pada perkembangannya, NII pun ditetapkan masuk dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT).

Menurutnya, kesadaran dan kewaspadaan yang terbangun dari kaum moderat yang aktif di masyarakat seperti kiai, santri dan aktivis moderasi beragama juga ikut berkontribusi pada penetapan keputusan hukum ini.

Gus Najih mengungkapkan perhelatan politik dan radikalisme seringkali berjalan secara beriringan. Aksi yang dijiwai oleh radikalisme akan cenderung naik pada masa pemilihan umum di suatu negara. Tidak hanya Indonesia, aksi teror seperti ini juga mengakibatkan destabilisasi di banyak negara.

"Jaringan teror memiliki kesamaan pola dalam melakukan aksinya, salah satunya dengan menjadikan pemilihan umum sebagai pintu masuk propaganda radikal," ungkap Gus Najih.

Ia mencontohkan kota Peshawar yang ada di Pakistan. Panggung kampanye dari kubu tertentu dihancurkan dan para pelaku teror melepaskan tembakan ke arah panggung hingga melukai dan menewaskan banyak korban.

Begitu juga di Jepang, saat mantan Perdana Menteri Shinzo Abe ditembak oleh pelaku radikal saat ia sedang jadi juru kampanye dan menyampaikan pidatonya. Menurutnya, aksi teror yang dilakukan kelompok radikal biasanya berbarengan dengan framing negatif terhadap suatu hal, seperti di tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.

Mereka, tambah Gus Najih, melakukan pembusukan terhadap istilah moderasi beragama, dianggapnya sebagai pelemahan terhadap agama dan mereka sangat menolaknya.

“Kenapa mereka harus anti? Padahal karakter inti dari agama itu sendiri, termasuk Islam, adalah moderat. Moderat itu dalam Bahasa Arab yaitu wasathiyah. Wasathiyah itu kan istilah yang ada dalam Quran. Ayatnya berbunyi “wa kadzaalika ja’alnaakum ummatan wasatho,” yang berarti “dan demikian itu Kami menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat yang wasathiyah,” kata Gus Najih

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement