Rabu 20 Dec 2023 15:40 WIB

MER-C Indonesia Desak WHO Usir IDF dari RS Indonesia di Gaza

Saat ini kondisi RS Indonesia di Gaza berada dalam cengkaram tentara Israel.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Gita Amanda
MER-C Indonesia mendesak WHO untuk mengusir tentara IIDF yang menjadikan RS Indonesia di Gaza sebagai markas serangan. (energi)
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
MER-C Indonesia mendesak WHO untuk mengusir tentara IIDF yang menjadikan RS Indonesia di Gaza sebagai markas serangan. (energi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Medical Emmergency Rescue Commite (MER-C) Indonesia mendesak World Health Organisation (WHO) untuk mengusir tentara Israel atau Israel Defense Force (IDF) yang menjadikan RS Indonesia di Gaza sebagai markas serangan.

Kepala Presidium MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad menjelaskan, saat ini kondisi RS Indonesia di Gaza berada dalam cengkeraman tentara Israel. Yang mana hal itu melanggar peraturan dan etika internasional tentang peperangan, kesehatan, dan kemanusiaan. Sehingga pihaknya mendesak WHO untuk melakukan investigasi terhadap Israel.

Baca Juga

“Ya, kita mendesak agar WHO turun tangan untuk melakukan investigasi terhadap Israel. Yang mana Israel itu sudah menyalahgunakan fungsi rumah sakit sebagai kepentingan yang culas,” kata Sarbini dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (20/12/2023).

Sarbini menambahkan, sejak dua pekan lalu Israel telah menempatkan pasukannya di RS Indonesia di Gaza. Dia menilai, upaya culas Israel tersebut mengandung unsur yang patut dicurigai, yakni menjadikan Indonesia sebagai tameng. Sebab diketahui, Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat loyal dan mendukung Palestina.

Langkah Israel yang menjadikan RS Indonesia di Gaza sebagai markas IDF dinilai merupakan salah satu indikator negara Zionis tersebut dalam keadaan terdesak secara internasional. Yang mana Israel telah kalah di mana-mana, termasuk di wilayah Utara Palestina.

Sehingga salah satu cara licik yang hendak dimainkan IDF, kata dia, adalah menggunakan RS Indonesia di Gaza. Untuk itu, kata Sarbini, MER-C Indonesia sejauh ini akan senantiasa memantau perkembangan yang terjadi dan juga mendesak WHO untuk turun tangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement