Jonathan Greenblatt, CEO ADL, mengatakan "telah terjadi gempuran informasi yang salah dan teori konspirasi tentang konflik dan Israel yang beredar di media sosial dan, dalam beberapa kasus, diangkat oleh media massa," dan menambahkan bahwa proyek ini akan membantu memastikan liputan yang "dapat diverifikasi, jujur, dan berimbang" tentang perang kepada publik Amerika Serikat.
Peluncuran dicemooh di media sosial
Peluncuran pada 10 Juli menimbulkan kecaman di media sosial, dengan para komentator yang mengatakan bahwa kelompok-kelompok tersebut tampaknya berniat untuk mengarahkan narasi perang Israel, mencatat bahwa situs web tersebut tidak menyebutkan keprihatinan atas kematian warga sipil Palestina di Gaza atau Tepi Barat yang diduduki.
Sembilan puluh persen "informasi yang salah berasal dari Israel dan para pendukungnya", kata seseorang di platform media sosial, X.
"Bagian dari strategi proyek 10/7 untuk memerangi 'misinformasi' adalah mendorong jebakan-jebakan seperti ini ke publik, membuat mereka setidaknya dalam jangka pendek menerima bahwa 'genosida sama dengan keadilan," kata orang lain di X.
Meskipun telah terjadi lonjakan insiden antisemit di AS, pengumuman dari kelompok pro-Israel ini muncul di tengah-tengah tindakan keras terhadap suara-suara pro-Palestina di AS.
Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pekan ini meloloskan sebuah resolusi dengan suara mayoritas yang menyamakan anti-Zionisme dengan antisemitisme, yang memicu reaksi keras dari para anggota parlemen, advokat Palestina dan kelompok-kelompok Yahudi progresif yang mengatakan bahwa tindakan tersebut dapat membatasi hak-hak kebebasan berbicara di negara tersebut.
Warga Palestina, Arab dan Muslim telah melaporkan banyaknya kejahatan kebencian, disinformasi dan serangan fisik sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu terhadap Israel.
Baca juga: Kalimat yang Diulang 31 Kali dalam Surat Ar-Rahman, Ini Deretan Rahasianya
Middle East Eye melaporkan sebuah kasus baru-baru ini dimana tiga orang pekerja di sebuah restoran di Pennsylvania dipecat dari pekerjaannya karena mengekspresikan sentimen pro-Palestina.
Pada November, tiga mahasiswa Palestina yang mengenakan keffiyeh dan berbicara dalam bahasa Arab ditembak di Burlington Vermont ketika mereka sedang dalam perjalanan untuk makan malam.