Orang yang berkata dan berlaku jujur dalam hidupnya pasti mendapatkan pahala dari Allah. Sementara orang yang berdusta akan mendapatkan dosa dan kesialan baik dunia dan akhirat. Itu sebabnya dalam wasiat lainnya Rasulullah menerangkan tentang dampak orang-orang yang terus memperbanyak perbuatan dosa. Di mana salah satunya bisa jadi karena perbuatan dusta.  

يَا عَلِيُّ، مَنْ كَثُرَ ذُنُوْبُهُ ذَهَبَ بَهَاؤُهُ

Artinya: Wahai Ali, barangsiapa yang banyak dosanya maka jadi hilang sinar wajahnya.   

يَا عَلِيُّ، عَلَيْكَ بِصِدْقِ الْحَدِيْثِ وَحِفْظِ الْحَدِيْثِ وَحِفْظِ الْأَمَانَةِ وَسَخَاءِ النَّفْسِ وَعِفَّةِ الْبَطْنِ

Artinya: Wahai Ali, hendaklah jujur dalam bicara, menjaga pembicaraan dan menjaga amanat, memiliki hati dermawan, dan jagalah perut (dari barang-barang haram). 

Syekh Muhammad Ali Ash Shobuni dalam kitab at tafsir rawai'ul al Bayan Fi Tafsir Ayat Al Ahkam Min Alquran bahkan berpendapat bahwa orang yang meninggalkan kejujuran adalah termasuk tanda dari kefasikan.  

Sementara itu, dalam surat Al Furqan dapat ditemukan bahwa kejujuran menjadi salah satu tanda atau ciri dari Ibadurrahman atau hamba Allah yang diberi kemuliaan sebagai hamba Allah Yang Maha Pengasih.  

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ…

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, … (Alquran surat Al Furqan ayat 72). 

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Ibadurrahman adalah hamba yang senantiasa berkata jujur dan tidak akan bersumpah palsu sehingga kebenaran tidak terungkap. 

Selain itu kejujuran juga menjadi tanda orang yang alim dan bertakwa.  

وَلِلْعَالِمِ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ صِدْقُ الْكَلَامِ وَاجْتِنَابُ الْحَرَامِ وَالتَّوَاضُعُ

Dan tandanya seorang alim itu tandanya tiga, jujur omongannya, menjauhi barang haram, dan rendah hati. (Wasiyatul Mustofa)

Lihat halaman berikutnya >>> 

Ikuti Whatsapp Channel Republika