Rabu 08 Nov 2023 21:12 WIB

Tokoh NU KH Abdul Halim Leuwimunding akan Digelari Pahlawan, Ini Sosok dan Kiprahnya

KH Abdul Halim Leuwimunding turut berjuang dalam kemerdekaan

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
KH Abdul Halim Leuwimunding turut berjuang dalam kemerdekaan
Foto:

Ketika Hizbullah berdiri pada 1944, KH Abdul Halim juga menjadi salah satu penasihat nasionalnya. Kiai Halim kemudian membentuk Hizbullah cabang Majalengka bersama KH Abbas Buntet Cirebon. 

Hizbullah Majalengka kemudian bahu-membahu dengan kelompok pejuang lainnya untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebagai pejuang Hizbullah, Kiai Halim cukup berperan dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Bahkan, sebelum keluarnya “Resolusi Jihad” yang diumumkan KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, Kiai Halim telah memberitahu dan mengorganiasi para ulama NU untuk berangkat ke Surabaya.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya, perjuangan Kiai Halim tak berhenti. Ia turut berjuang di jalur politik. Pada 1955, ia pun berhasil menjadi anggota DPR dari partai NU sebagai perwakilan Jawa Barat. 

Saat terjun ke jalur politik, ia tak pernah sedikit pun memakai uang atau fasilitas negara. Bahkan, ketika perjalanan ke ibu kota Jakarta, ia hanya menggunakan mushalla dan masjid sebagai tempat istirahat.

Sementara, perjuangannya lebih dititikberatkan pada pemberdayaan warga NU Jawa Barat dengan membentuk berbagai wadah pemberdayaan masyarakat. 

Di antaranya, membentuk Perkumpulan Petani NU (PERTANU), Perkumpulan Guru NU (PERGUNU), dan pendirian lembaga-lembaga pendidikan NU di Jawa Barat.

Pada masa akhir hayatnya, Kiai Abdul Halim sering mengkaji kitab yang membahas kematian atau sakaratul maut. 

Baca juga: Baca Doa Ini Agar Allah SWT Satukan Kita dengan Orang Saleh dan Penghuni Surga

Pada hari kematiannya, setelah melaksanakan sholat Subuh, ia juga sempat mengelilingi empat desa di Kecamatan Leuwimunding, yaitu Desa Leuwimunding, Ciparay, Leuwikujang, dan Desa Mirat.

Beberapa saat menjelang siang, Kiai Halim kemudian mengumpulkan keluarganya. Tidak lama setelah pertemuan itu, ia naik ke loteng dan di sanalah Kiai Halim ditemukan sudah menghadap Allah SWT dengan posisi tengkurap sambil membawa selembar kertas dan sebuah pena. Ia wafat pada 11 April 1972 M.

 

Sosok ulama dan pejuang serta pendiri NU ini kemudian dimakamkan di Kompleks Pesantren Sabilul Chalim di Kecamatan Leuwimunding, Majalengka, Cirebon, Jawa Barat. Sampai saat ini, makamnya sering diziarahi umat Islam, khususnya warga Nahdliyin.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement