REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mengatakan zakat dari para muzaki efektif menjadi salah satu solusi mengatasi kemiskinan dan stunting sebab memiliki peran strategis mengubah mustahik menjadi muzaki.
Ketua Baznas Noor Achmad mengatakan kemiskinan dan stunting merupakan salah satu masalah serius di Indonesia. Berdasarkan data pemerintah, angka stunting sangat tinggi selama bertahun-tahun.
"Mereka adalah para mustahik fakir dan miskin yang berhak menerima dana zakat. Alhamdulillah, melalui peran para muzaki yang berzakat ke Baznas bisa menjadi program pemberdayaan yang efektif mengatasi masalah stunting," kata Noor dalam sambutan Konferensi Zakat Indonesia ke-7 atau The 7th Indonesian Conference of Zakat (ICONZ) di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Dia mengharapkan program pemberdayaan zakat dan kegiatan zakat mengubah mustahik menjadi muzaki. Semua mustahik akhirnya menjadi muzaki dan membayar zakat, infak, serta sedekah.
"Zakat dapat membebaskan mereka yang kurang beruntung dari masalah kemiskinan," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 21,6 persen pada 2022. Pada 2023 pemerintah menargetkan turun menjadi 21,6 persen dan pada 2024 menjadi 14 persen.
Acara ICONZ tahun ini mengusung tema "Peran Zakat Dalam Mendorong Transformasi Inklusif dan Berkelanjutan Dalam Menuju Kemakmuran Ekonomi".
Konferensi selama dua hari, 7-8 November 2023, diselenggarakan di Auditorium KH A Azhar Basyir, Cendekia Building Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ). Hadir pada acara itu, antara lain Rektor UMJ Ma'mun Murod, Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie, dan Wakil Ketua Baznas Provinsi DKI Jakarta Rini Suprihartanti.