REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN--Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menegaskan santri memiliki tugas sebagai penerus para ulama yakni langkah-langkah perbaikan. Karena itu, santri harus memulai niatnya untuk perbaikan, bukan untuk mencari kekuasaan.
Hal ini disampaikan Kiai Ma'ruf saat menghadiri Silaturrahim Nasional ke-7 Kontak Santri Agribisnis Indonesia dalam rangka peringatan Hari Santri yang jatuh setiap 22 Oktober.
"Para santri sebagai penerus para ulama itu langkah islahiyah (perbaikan), bukan langkah-langkah kekuasaan, bukan! Bukan untuk mencari kekuasaan, bukan! Bukan struggle for power bukan, tetapi struggle ke islah perbaikan," ujar Kiai Ma'ruf di Pondok Pesantren Syaichona Cholil, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (24/10/2023).
Kiai Ma'ruf mengatakan, langkah perbaikan harus dilakukan dalam semua sektor mulai kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial. Untuk itu, santri harus selalu menjaga niatnya agar tidak tergoda pada kekuasaan.
Kiai Ma'ruf menjelaskan, kekuasaan bukanlah tujuan utama para santri melainkan buah amal yang diberikan Allah SWT di dunia atau tsamrah ajilan.
"Kalau ada orang mendapatkan kekuasaan, ulama misalnya itu bukan tujuannya, tsamrah ajilan buah yang dikasih di awal, sebab yang tujuan awalnya adalah ajaran ajilan yaitu pahala, yang di akhirat," ujarnya.
Karena itu. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut meminta agar para santri tidak menjadikan kekuasaan dan kedudukan sebagai tujuan. Sebab, kekuasaan adalah langkah Tuhan. Sehingga Allah memberikan kekuasaan kepada orang yang dikehendakinya.
"Niat santri itu tidak boleh bergeser, dari nawaitunya tetap nawaitunya perbaikan bukan kekuasaan," ujarnya.
Kedua, Wapres mengingatkan santri tidak hanya berperan untuk menjaga diri sendiri maupun lingkungan sekitar saja. Lebih dari itu, santri juga harus menjadi penjaga tanah air.
"Bagi kita, itu menjadi penting menjaga tanah air, menjaga negara. Karena para ulama sudah mengatakan hubbul wathan minal iman, cinta tanah air bagian daripada iman. Santri sudah mulai berjuang untuk memerdekakan negeri ini sejak abad 19," ujarnya.
Terakhir, santri juga menurutnya, wajib menjadi pemakmur bumi. Dengan berlimpahnya sumber daya yang dimiliki Indonesia, maka peran memakmurkan bumi menjadi penting agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia secara berkelanjutan.
"Kuncinya untuk bisa kemakmuran adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini (Silatnas KONSAIN) adalah jawaban santri tidak pernah diam, tapi memakmurkan bumi melalui berbagai kegiatan ini," ujarnya.