REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama mengatakan, kemampuan masyarakat Indonesia dalam membaca dan menulis Alquran masuk kategori tinggi mencapai 66,038 persen, berdasarkan hasil survei "Potensi Literasi Alquran Masyarakat Indonesia" dilakukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Masyarakat Islam Kemenag pada 2023.
"Hasil Indeks Literasi Alquran Tahun 2023 signifikan di angka 66,038 dan dikategorikan tinggi lebih dari 60,00 kategori sedang," kata Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Ahmad Zayadi di Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Berdasarkan penghitungan secara deskriptif terhadap 10.347 responden di 34 provinsi, diperoleh hasil bahwa Indeks Literasi Alquran pada 2023 di skor signifikan.
Jumlah responden dalam survei itu juga masuk kategori tinggi lebih dari 60,00 persen, yakni dalam hal mengenali huruf dan harkat Alquran 61,51 persen, mampu membaca susunan huruf menjadi kata 59,92 persen, dan mampu membaca ayat dengan lancar 48,96 persen.
Terkait dengan membaca Alquran dengan lancar sesuai kaidah tajwid dasar dan tanpa kesalahan mencapai kategori sedang, yakni 44,57 persen.
"Tapi dalam survei itu juga diketahui masih terdapat 38,49 persen masyarakat Muslim di Indonesia yang belum memiliki literasi Alquran dengan baik pada kompetensi baca," kata dia.
Survei yang dilakukan pada 1 Juli hingga 30 Juli 2023 dengan tingkat kepercayaan 96 persen itu, menyebutkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam menulis Alquran juga menunjukkan skor yang tinggi.
Dalam hal menulis huruf Al Quran skornya mencapai 55,75 persen, bahkan 55,40 persen mampu menulis kata dan kalimat Alquran dengan baik.
Dalam survei kali ini juga didapat fakta baru yang menunjukkan bahwa literasi Alquran dari media sosial berdampak besar terhadap peningkatan kompetensi baca tulis masyarakat Indonesia yang mencapai 72,94 persen.
Dia mengatakan, tingginya kemampuan masyarakat Indonesia dalam membaca dan menulis Alquran tidak lepas dari upaya penyuluhan literasi Alquran oleh penyuluh agama.
"Itu terlihat dari tingginya skor keikutsertaan terhadap Program Penyuluhan Literasi Alquran oleh penyuluh agama yang mencapai 78,1905 persen," ujarnya.
Meski menunjukkan tren positif, ia tetap merekomendasi sejumlah hal sebagai bentuk perbaikan, yaitu perlunya peningkatan literasi Alquran dengan meningkatkan indikator-indikator yang masih rendah, seperti membaca Alquran dengan lancar sesuai dengan kaidah tajwid dasar tanpa kesalahan.
Selain itu, kata dia, mendorong masyarakat untuk menghidupkan majelis-majelis pengajian dan pembelajaran Alquran di desa-desa maupun media sosial, serta perlunya perbaikan kualitas pembinaan baca dan tulis Alquran dengan peningkatan mushaf, peningkatan dan kualitas pengajar, serta meningkatkan frekuensi dan kualitas program literasi baca tulis Alquran melalui kegiatan bersama dengan pemerintah daerah.