Kendati demikian, Sandra menjelaskan tetap memfasilitasi anak-anak yang tinggal di sekitar lingkungan pesantren untuk mengaji. Salah satunya dengan membuat program magrib mengaji bersama DKM sekitar.
"Kalau SMP, kami kerja sama dengan DKM sekitar. Kita punya program magrib mengaji bersama DKM setempat. Yang mengajar itu, santri tingkat akhir," kata dia.
Karena itu, ia menyebut, keberadaan santri kalong sebenarnya tidak menghilang. Hanya saja, saat ini santri kalong mengaji di masjid terdekat sekitar Pesantren Idrisiyyah, di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya.
"Sebenarnya santri kalong itu masih ada, tapi tidak di pondok langsung. Jadi santri kami yang keluar untuk mengajar ke masjid sekitar sebagai pengamalan," kata dia.
Di Pesantren Mahad Ihya As Sunnah, Kota Tasikmalaya, santri kalong tidak dikenal sejak awal pendiriannya. Ada beberapa pertimbangan Pesantren Mahad Ihya As Sunnah tidak menggunakan istilah santri kalong.
"Kalau di kita tidak ada istilah santri kalong. Jadi yang namanya boarding school itu full 24 jam di pesantren," kata Pimpinan Pesantren Mahad Ihya As Sunnah, ustaz Maman Suratman, kepada Republika.
Ia menjelaskan, pembelajaran terhadap santri kalong dinilai kurang efektif. Lantaran para santri kalong itu tidak 24 jam ada di lingkungan pesantren.
"Jadi kami dari awal fokus untuk santri yang mondok, agar pendidikan yang diberikan merata kepada semua santri," ujar dia.