Rabu 13 Sep 2023 10:57 WIB

Darurat Penghulu Indonesia, Ketum APRI: Beban Tugas dan Jumlah Penghulu tidak Seimbang

Indonesia membutuhkan 16 ribu penghulu, sedangkan jumlah saat ini 9.000 orang.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Penghulu memberikan buku nikah kepada pasangan yang melangsungkan pernikahannya di KUA Tebet, Jakarta, Selasa (22/02/2022). Sejumlah pasangan sengaja melangsungkan pernikahannya pada hari ini yang memiliki tanggal, bulan dan tahun yang unik yakni 22-02-2022.Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika
Penghulu memberikan buku nikah kepada pasangan yang melangsungkan pernikahannya di KUA Tebet, Jakarta, Selasa (22/02/2022). Sejumlah pasangan sengaja melangsungkan pernikahannya pada hari ini yang memiliki tanggal, bulan dan tahun yang unik yakni 22-02-2022.Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) menyebut saat ini Indonesia tengah mengalami darurat penghulu. Untuk mengatasinya, kampanye menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) pun digaungkan sebagai salah satu solusinya.

Menanggapi isu tersebut, Ketua Umum Asosiasi Penghulu Indonesia (APRI) Madari menyebut beban tugas dan jumlah yang tidak seimbang menjadi salah satu penyebabnya. Selain menikahkan calon pengantin, penghulu juga bertugas memberi pelayanan konsultasi, bimbingan hukum Islam, kajian hukum Islam, serta deteksi dini terhadap permasalahan-permasalahan keagamaan.

Baca Juga

"Kalau dari sudut pandang regulasi, dihitung berdasarkan analisis beban kerja penghulu, ini pernah dihitung oleh Direkturat BINA KUA dan keluarga Sakinah di Dirjen Bimas Islam, kebutuhan penghulu Indonesia itu 16 ribu orang. Persisnya itu 16.263 orang," ujar dia saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (13/9/2023).

Sementara itu, ia menyebut jumlah penghulu yang ada saat ini sebanyak 9.054 orang. Meski demikian, jika terkait layanan pernikahan, ia menyebut hal ini masih terbilang aman dan belum darurat. Tidak pernah terdengar ada pernikahan yang tidak terlayani atau ditolak karena kehabisan penghulu.

Kalaupun ada yang ditolak, ia menyebut penyebabnya ada dua, yaitu penyebaran penghulu di wilayah dan 'musim' pernikahan. Terkait penyebaran penghulu, rata-rata di daerah perbatasan atau terdalam dan terluar jumlahnya memang sedikit jika dibandingkan dengan di kota-kota besar.

"Ketika tidak merata jumlah penghulu, kadang-kadang di daerah yang kekurangan penghulu itu jumlah pernikahannya satu penghulu itu menjadi sangat tinggi, sementara daerah yang sudah banyak penghulunya, dia normal saja," kata dia.

Madari mengatakan penyebab kedua pernikahan ditolak berkaitan dengan 'musim' pernikahan. Tidak sedikit calon pengantin dan kedua mengejar waktu dan hari baik, sehingga ada kesan musim nikah dan menumpuk di waktu tersebut.

Di luar itu, masih ada di daerah tertentu yang memiliki budaya hitungan, kapan tanggal, hari, bahkan jam yang baik untuk melaksanakan pernikahan. Terkadang jam yang diajukan pun di luar jam kerja, yang mana mau tidak mau penghulu harus tetap datang.

"Itu nggak bisa ditawar. Kita harus menghormati keyakinan yang seperti itu, mau nggak mau penghulu harus melayani. Walaupun kadang-kadang ya, keluhan teman-teman, ya berat sekali sih melayani yang begitu. Tapi ya itulah masyarakat kita," ucap Madari.

Sehubungan dengan tugas penghulu, tugas yang diemban bukan hanya pada hari H pernikahan. Mereka juga disebut melakukan bimbingan perkawinan sebelum acara, sebagai bentuk pembekalan terkait kehidupan berumah tangga. Setelah acara pun, penghulu masih bertugas memberikan konsultasi rumah tangga.

Di luar itu, ia menyebut penghulu memiliki tugas bimbingan ke masjid untuk membina pengurusnya, bimbingan wakaf dan nadzir, bimbingan ibadah, bahkan sampai ke waris. Terbaru, penghulu juga diberi tugas membina kerukunan antarumat atau mengenalkan perihal moderasi beragama.

"Penghulu juga diharuskan membina kerukunan antarumat beragama. Jadi mendeteksi dini konflik-konflik antarumat beragama, itu masuk dalam tugas kita," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement