Sabtu 09 Sep 2023 14:15 WIB

Kaisar Mughal Dituduh Tindas Umat Hindu di India, Benarkah Demikian? Fakta Ini Menjawabnya

Upaya pengaburan sejarah dilakukan terhadap kaisar

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
 Peziarah Hindu berkumpul selama pameran tahunan Gangasagar Mela di Pulau Sagar, India 13 Januari 2023. Umat berkumpul di Pulau Sagar untuk berenang suci di perairan suci Sungai Gangga sebelum menyatu dengan Teluk Benggala, di Benggala Barat, 130km selatan di Kolkata.
Foto:

Prof Puniyani mengutip buku “Composition of Mughal Dynasty” karya Athar Ali yang menunjukkan fakta bahwa jumlah Raja Hindu yang sebelumnya sekitar 20 persen meningkat menjadi 33 persen pada masa pemerintahannya. Umat Hindu menduduki posisi teratas dalam birokrasinya dan jumlah mereka cukup besar.

“Aurangzeb memperluas kerajaannya tidak hanya melalui ekspedisi perang tetapi juga melalui diplomasi, kebijaksanaan, dan kecerdasan politik. Dia adalah seorang penguasa dan administrator yang cakap dengan banyak kualitas yang memungkinkan dia memerintah selama 48 tahun,” kata Prof Puniyani.

Mengenai pembongkaran Kuil Kashi Vishwanath, Puniyani mengacu pada buku “Feathers and Stones” karya Dr Pattabhi Sitaramayya, di mana dia menyatakan bahwa beberapa aktivitas tidak etis sedang terjadi di lingkungan kuil dan beberapa Raja Hindu mengeluh kepada Aurangzeb karena kuil tersebut kehilangan fungsinya atau kesuciannya, sehingga kuil itu pun harus dibongkar.

“Dr Bishambhar Nath Pande, seorang pejuang kemerdekaan dan sejarawan mengumpulkan semua farmaan (keputusan Kerajaan) Aurangzeb yang dikeluarkan untuk kepentingan kuil dan pendetanya dan menerbitkannya sebagai sebuah buku. Menurut para petani ini, Aurangzeb memberikan Jageers (hibah tanah feodal) kepada lusinan kuil untuk pemeliharaan dan pemeliharaannya,” kata Puniyani.

Menentang pembongkaran beberapa candi, Aurangzeb justru memerintahkan pembangunan banyak candi Hindu yang menonjol di antaranya adalah Mahakaleshwar Mandir milik Ujjain, kuil Kamakhya Devi yang terkenal di Guwahati, dan Bhagwan Krishna Mandir di Vrindavan yang kepadanya dia menyumbangkan gelang dan perhiasan emas yang disimpan di kantor Kolektor setempat dan digunakan untuk menghiasi dewa selama festival.

Prof Puniyani juga menceritakan kisah menarik tentang Aurangzeb yang memerintahkan pembongkaran sebuah masjid di Golconda karena Raja Qutub Shahi menolak memberikan upeti kepada Aurangzeb selama tiga tahun berturut-turut dengan alasan kesulitan keuangan. Namun, salah satu mata-mata Aurangzeb memberitahunya bahwa Raja Qutub Shahi menyembunyikan hartanya di bawah masjid. Karena itu, Aurangzeb memerintahkan pembongkaran masjid.

Prof Puniyani mengatakan, seseorang harus dinilai berdasarkan kepribadiannya secara keseluruhan dengan segala sifatnya, positif atau negatif, dan bukan karena sedikit penyimpangan selama pemerintahan yang panjang selama 48 tahun.

Baca juga: 15 Pengakuan Orientalis Non-Muslim Ini Tegaskan Alquran Murni tak Ada Kesalahan

Alih-alih mengambil semua aspek pemerintahan dan kepribadiannya, menurut Puniyani, mereka yang mempunyai kepentingan hanya mengambil aspek-aspek yang sesuai dengan agenda komunal mereka. 

“Raja seharusnya mengambil kebijakan demi kesejahteraan rakyatnya untuk memerintah mereka dan mendapatkan kesetiaan mereka, tetapi sekarang beberapa orang dengan sengaja mencoba menggambarkan pemerintahannya sebagai konflik Hindu versus Muslim, padahal sebenarnya tidak demikian,” jelas Prof Puniyani.

“Aurangzeb membenci pertikaian komunal antara umat Hindu dan Muslim serta perselisihan sektarian antara Syiah dan Sunni,” kata Prof Puniyani.

 

 

Sumber: siasat   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement