"Selain itu, saya meminta untuk segera menginstruksikan pemerintah daerah terkait untuk menahan diri dari upaya meremehkan masalah serius ini,” kata Ketua Jamiat Maulana Mahmood Madani dalam suratnya.
Tindakan tercela tersebut tidak hanya bertentangan dengan prinsip-prinsip inti pendidikan tetapi juga melanggengkan bias dan kebencian yang tidak memiliki tempat dalam masyarakat yang adil dan inklusif.
Pemimpin Majlis-e-Ittehad-ul-Muslimeen (AIMIM) Seluruh India Asaduddin Owaisi mengatakan di Twitter, “Muslim India menghadapi penganiayaan dan diskriminasi yang sama seperti yang dihadapi orang Yahudi pada tahun 1930-an, apakah ini akan mengarah pada Kristallnacht? Semoga tidak."
Dia berbicara dengan ayah anak tersebut dan mengatakan keluarganya tidak makan selama dua hari. Owaisi juga mengatakan video tersebut adalah produk dari 9 tahun terakhir. Pesan yang ditanamkan ke dalam pikiran anak-anak kecil adalah bahwa seseorang dapat memukuli dan mempermalukan seorang Muslim tanpa dampak apa pun.
“Ayah dari anak tersebut telah mengeluarkan anaknya dari sekolah dan menyatakan secara tertulis bahwa dia tidak ingin melanjutkan masalah tersebut karena dia tahu dia tidak akan mendapatkan keadilan dan malah dapat merusak 'suasana',” kata dia.
Circle Officer Ravi Shankar pada mengatakan ternyata siswa tersebut dipukuli karena tidak menyelesaikan tugas sekolah dan tidak ada yang tidak menyenangkan di dalamnya. Dalam sebuah surat, NCPCR meminta hakim distrik Muzaffarnagar untuk memberikan rincian yang relevan tentang sekolah tempat kejadian tersebut terjadi.
Ketua NCPCR Priyank Kanoongo juga mengimbau masyarakat di Twitter untuk tidak mengungkapkan identitas anak korban dengan membagikan video yang memperlihatkan dia ditampar oleh teman-teman sekelasnya.