Dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain yang ada di Keraton Yogyakarta, tembok Baluwarti yang awalnya hanya berupa pagar dari kayu, merupakan bagian paling akhir yang diselesaikan oleh Pangeran Mangkubumi.
Benteng ini selesai dibangun pada tahun Jawa 1706 atau tahun 1782 Masehi. Pembangunan benteng dipimpin oleh R. Rangga Prawirasentika Bupati Madiun, kemudian dilanjutkan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom yang di kemudian hari bertahta sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono II.
Sri Sultan Hamengku Buwono II masih memperkuat lagi Benteng Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahannya. Ia merasa bahwa ketegangan dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda semakin meningkat dan peperangan akan segera terjadi.
Sultan kemudian memanfaatkan kehadiran rombongan pekerja yang datang saat acara Garebeg Puasa untuk memperkuat pertahanan Keraton. Pada 13 November 1809, keempat sudut benteng dibuat menonjol keluar.
Keempat sudut benteng ditambah dengan bangunan baru, sehingga berwujud segi lima. Pada ketiga sudut yang menjorok keluar diberi semacam sangkar sebagai tempat penjagaan yang disebut bastion.
Bentuknya seperti tabung dengan lubang-lubang kecil untuk mengintai. Pada dinding antar bastion, diberi longkangan sebanyak sepuluh buah sebagai tempat memasang meriam. Bangunan baru itu disebut juga sebagai Tulak Bala, yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Pojok Beteng, atau kadang disingkat sebagai Jokteng.