Selasa 01 Aug 2023 14:37 WIB

Menlu Arab Saudi Ajak Negara OKI Hentikan Penodaan Alquran

Kebebasan berekspresi harus menjadi nilai moral yang menyebarkan rasa hormat.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
OKI berencana menggelar pertemuan darurat untuk membahas aksi penistaan Alquran yang terus berulang di Eropa.
Foto: AP
OKI berencana menggelar pertemuan darurat untuk membahas aksi penistaan Alquran yang terus berulang di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyerukan kepada negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk bersatu dalam upaya mengambil langkah-langkah praktis dan efektif untuk menghadapi protes yang melibatkan penodaan Alquran.

Dia berbicara pada pertemuan luar biasa OKI pada Senin untuk membahas insiden berulang di mana salinan Alquran telah dinodai di Swedia dan Denmark. Pangeran Faisal mengatakan organisasi tersebut bertanggung jawab membela nilai-nilai toleransi dan perdamaian, melindungi dan menyebarkan citra Islam yang sebenarnya, serta menolak dan memerangi intoleransi dan ekstremisme.

Baca Juga

Pangeran Faisal menyoroti upaya negara-negara OKI yang menghasilkan resolusi Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Resolusi tersebut mengutuk dan menolak keras setiap advokasi dan manifestasi kebencian agama, termasuk tindakan penodaan Alquran yang dilakukan secara publik dan direncanakan sebelumnya.

"Kebebasan berekspresi harus menjadi nilai moral yang menyebarkan rasa hormat dan hidup berdampingan di antara orang-orang dan bukan alat untuk menyebarkan kebencian dan bentrokan antar budaya," kata Pangeran Faisal, dilansir dari Arab News, Selasa (1/8/2023).

Ia menyoroti perlunya menyebarkan nilai-nilai toleransi dan moderasi, serta menolak segala bentuk praktik yang menimbulkan kebencian, kekerasan, dan ekstremisme. Pangeran Faisal memperbarui kecaman keras Kerajaan atas insiden penodaan Alquran, menekankan tindakan provokatif ini tidak dapat diterima dengan alasan apa pun, termasuk berlindung dibalik alasan kekebasan berpendapat.

Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha meminta Swedia dan Denmark untuk mencegah penodaan Alquran dan menyatakan kekecewaannya bahwa sejauh ini tidak ada tindakan yang diambil kedua negara tersebut dalam insiden berulang ini.

“Sangat disayangkan otoritas terkait yang mengklaim kebebasan berekspresi terus memberikan izin untuk mengulangi tindakan tersebut yang bertentangan dengan hukum internasional, dan hal ini menyebabkan kurangnya rasa hormat terhadap agama,” kata Taha dalam sambutannya selama pertemuan tersebut.

Serangkaian penodaan Alquran baru-baru ini oleh segelintir aktivis anti-Islam di Denmark dan Swedia telah memicu demonstrasi kemarahan di negara-negara Muslim.

Sebelumnya, pada Senin, lebih banyak pembakaran Alquran terjadi di Swedia dan Denmark ketika pemerintah kedua negara Nordik mengatakan mereka sedang mempelajari cara-cara untuk secara hukum membatasi tindakan semacam itu dalam upaya untuk mengurangi ketegangan yang meningkat dengan negara-negara OKI.

Pada Ahad, Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen mengatakan pemerintah akan berusaha untuk melarang penodaan Alquran atau kitab suci agama lainnya di depan kedutaan asing di negara Nordik tersebut.

Dia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan penyiar publik Denmark DR bahwa pembakaran kitab suci hanya berfungsi menciptakan perpecahan di dunia yang sebenarnya membutuhkan persatuan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement