Selasa 25 Jul 2023 18:47 WIB

Pentas Seni Xinjiang Pukau Peserta Festival Hijriah Republika 

Banyak penampil seni dan budaya memeriahkan Festival Hijriah Republika.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Penonton menyaksikan penampilan penari asal Xinjiang dalam gelaran Festival Hijriah di Gedung Bekasi Convention Center (BCC), Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (24/7/2023). Gelaran Festival Hijriah  tersebut dalam rangka menyambut 1 Muharram 1445 Hijriah yang berlangsung hingga 10 Agustus mendatang di sembilan kota yakni, Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Jogja, Surabaya. Selain itu, gelaran Festival Hijriah juga menghadirkan beragam kegiatan yakni seperti bazar UMKM dan penampilan seni budaya Xinjiang dari komunitas lokal.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Penonton menyaksikan penampilan penari asal Xinjiang dalam gelaran Festival Hijriah di Gedung Bekasi Convention Center (BCC), Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (24/7/2023). Gelaran Festival Hijriah tersebut dalam rangka menyambut 1 Muharram 1445 Hijriah yang berlangsung hingga 10 Agustus mendatang di sembilan kota yakni, Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Jogja, Surabaya. Selain itu, gelaran Festival Hijriah juga menghadirkan beragam kegiatan yakni seperti bazar UMKM dan penampilan seni budaya Xinjiang dari komunitas lokal.

REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI--Peserta Festival Hijriyah Republika antusias melihat pentas seni dan budaya Muslim Xinjiang, Senin (24/7/2023). Tepuk tangan meriah ketika pengisi acara Fera Cei masuk panggung menyampaikan seni dan budaya apa saja yang akan dipentaskan selama acara Festival Hijriah Republika berlangsung di Hall Bekasi Convention Center Mega City Mall, Senin (25/7/2023) malam.

"Senang sekali setelah melewati daratan dan lautan para seniman hadir negeri Indah ini yaitu negara Indonesia," begitu kata Fera Cei yang menterjemaahkan Shelithana Tuanke pembawa acara berbahasa Xinjiang Cina.

Baca Juga

Dia menyampaikan, kehadirannya di sini membawa doa dan kabar gembira yang ditampilkan melalui nyanyian dan tarian budaya lokal Tiongkok.  "Semoga ini menjadi jembatan persahabatan Indonesia dan Tiongkok," katanya.

Fera menyampaikan, sebagai pembuka pentas seni budaya Xinjiang akan tampil pertama adalah tari rebana. Tari rebana ini dimainkan oleh 11 laki-laki dan 11 perempuan asli dari Xinjiang komunitas lokal Tiongkok. Tarian ini berisi aransemen ulang lagu yang sudah dikenal, yaitu 'Mainkan Rebana dan Nyanyikan Lagu', memadukan tarian perwakilan dari berbagai kelompok etnis di Xinjiang, dan menciptakan suasana yang bersahabat dan menyenangkan dalam melodi yang akrab.

"Bapak ibu berikan tepuk tangan yang paling meriah untuk tarian pembukan tabuh rebana dan nyanyian lagu," katanya.

Tepuk tangan kembali meriah dari seribu peserta yang hadir pada acara Festival Hijriah Republika saat pemain Seni Muqam dari Teater Seni Xinjiang masuk ke dalam panggung untuk memperagakan Picking Grapes yang menampilkan satu penari wanita dan satu pria penabuh rebana.

Tepuk tangan dari hadirin yang hadir mengiringi pukulan rebana yang ditabuh pria itu di atas panggung. Kurang lebih 5 menit 16 menit detik Tari Rebana tampil, dilanjutkan dengan tari klasik Memetik Anggur selama 7 menit.

Tari Memetik Anggur merupakan  Tarian kasik Uyghur sebagai ungkapkan kegembiraan gadis-gadis Uyghur saat berada di kebun anggur yang subur. Tarian tersebut menunjukkan kondisi kehidupan masyarakat di Xinjiang yang rajin dan optimis.

Setelah tari Memetik Anggur selesai, dilanjutkan dengan pertunjukan akrobatik Bola Kristal yang dimainkan oleh satu perempuan dengan durasi 4 menit 30 detik. Pertunjukan ini merupakan kombinasi antara tubuh dan seni, serta metode permainan yang beragam.

Pantauan Republika, peserta yang hadir begitu terpukan ketika seorang akrobatik dengan busana serba putih begitu piawai menari sambil memutar-mutar bola kristal dari bahan kaca. Bola kristal kaca itu dia biarkan menggelinding sendiri dari ujung tangan sampai ke pundak kiri dan kanan. 

Peserta yang hadir terlihat merasa ngeri, takut bola kristal kaca yang dimainkan wanita itu hancur jatuh ke bawah. Namun selama kurang dari lima menit tidak ada kejadian yang dikhawatirkan. 

Tepuk tangan kembali meriah dari hadirin yang hadir, karena penari itu berhasil memainkan tarian kristal sampai selesai. 

Selanjutnya peserta dimanjakan beberapa penampilan seni dan budaya lainnya seperti kombinasi lagu Cajun Sai Naimu yang menampilkan 1 laki-laki Imnyaz Yusuying. Melalui kumpulan lagu-lagu klasik yang banyak dinyanyikan , menunjukkan kualitas keramahan orang Tionghoa dari semua kelompok etnis.

Tarian Flower Belt yang pesertanya 4 laki-laki dan 1 perempuan. Seni tari ini menampilkan gambaran pemuda Uyghur mengejar cinta yang indah, dan menampilkan tarian klasik dengan gaya pertunjukan yang lucu.

Tari Kazakh Bulan Purnama menampilkan 10 wanita dan 10 pria. Seni tari ini menceritakan kisah cinta yang romantis pemuda Kazakh di bawah sinar rembulan. Tarian Jula dari Dua Belas Muqam Uyghur di Xinjiang adalah bentuk seni musik klasik berskala besar yang komprehensif, mengintegrasikan nyanyian, tarian dan musik.

Pada tahun 2005, seni ini dipilih ke dalam daftar perwakilan warisan budaya takbenda dunia oleh UNESCO. Pada 2006 masuk dalam gelombang pertama daftar item perwakilan warisan budaya takbenda nasional". Terjemahan kata "Jula" dari bahasa Uyghur berarti mutiara yang bersinar.

Banyak penampil seni dan budaya memeriahkan Festival Hijriah Republika. Setelah tampil di Jakarta, Depok dan Bekasi para seniman Xinjiang ini akan berlanjut di Bandung, Cirebon, Semarang Solo, Yogyakarta dan Surabaya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement