Sabtu 22 Jul 2023 05:45 WIB

Saat Asyik Hina Islam, Helena Dengar Lagu Nasyid Judul Ini dan Antarnya Jadi Mualaf

Ada sejumlah lagu nasyid yang didengar Helena Brigitte sebelum jadi mualaf.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Ada sejumlah lagu nasyid yang didengar Helena Brigitte sebelum jadi mualaf. Foto: Ilustrasi rebana
Foto:

Mencari Islam dengan diam

Safia mengaku mulai mencari pengetahuan tentang Islam secara daring ketika dirinya masih melecehkan agama Islam. Kala itu Safia menemukan sebuah lagu nasyid berjudul “Allahu” oleh Labbayk. Dari sanalah ia benar-benar jatuh cinta pada Islam untuk pertama kali.

Kemudian ia mendengarkan nasyid lainnya dan satu lagi, dan satu lagi. Kemudian dia mulai benar-benar tertarik membaca tentang agama Islam dengan seriua.

“Tuhan itu Esa, Muhammad adalah utusan terakhir, sholat lima waktu ke arah Makkah, puasa tampaknya tidak terlalu menarik pada awalnya, tetapi sedikit yang saya tahu, ini adalah awal dari jalan saya menuju Islam," ujar dia.

Akhirnya, setelah membaca begitu banyak tentang agama Islam, Safia merasa bosan untuk melecehkan ahama ini. Bahkan secara diam-diam ia mencari tahu tentang Islam dan perlahan-lahan jatuh cinta pada Islam. Namun ia tidak mungkin bisa mengatakan hal itu kepada siapa pun.

"Bagaimanapun, saya baru berusia 15 tahun. Saya merencanakan pertengkaran (bukan fisik) dengan sahabat saya saat itu, karena dia telah memberi pengaruh buruk pada saya sejak saya bertemu dengannya, jadi saya ingin menyingkirkannya. Rencana saya berhasil dengan sempurna, dan dia marah kepada saya seperti yang saya inginkan. Saya kemudian memblokirnya di mana-mana. Saya pindah ke kota lain, memulai sekolah baru di mana saya tidak mengenal satu orang pun, dan pindah dari rumah," kata Safia.

Safia kemudian bertemu dengan seorang Muslim Pada hari pertamanya di sekolah menengah. Di sana ia melihat namanya di daftar kelas dan berjalan ke ruangan tempat Safia harus berada dan bertemu dengan kelas dan guru. Kala itu dia masuk dan langsung melihat seorang Muslimah berhijab. Muslimah itu sangat imut dan kecil, tapi dia masih sedikit skeptis.

"Kami bertukar Facebook dan nomor segera. Begitulah cara saya mengenalnya. Saya memperhatikan apa yang dia katakan, selalu mendengarkannya dan menatapnya dengan kagum. Saya juga mengunjunginya, bertemu dengannya di waktu senggang dan tidur di rumahnya," kata dia.

Perlahan tapi pasti hatinya mulai terbuka, dan menanyakan pertanyaan tentang Islam. Mengapa Anda memakai jilbab? Kenapa kamu berdoa? Apakah Anda tidak mengucapkan Bismillah sebelum makan? Apakah saya bisa melihat Al Quran?

"Setahun berlalu, dan tahun pertama dan satu-satunya kami di sekolah yang sama telah berakhir. Saat itu musim panas, yang berarti saya akan melakukan perjalanan ke negara asal saya, Belanda. Saya di sana selama dua bulan. Saya telah berhubungan dengan seorang Muslim Maroko yang tinggal di sana selama beberapa bulan, dan pada musim panas kami memutuskan untuk bertemu. Dan kami melakukannya. Kami makan bersama, berjalan-jalan, pergi ke taman, berbelanja, museum, dan sesekali, kami berbicara tentang Islam," ujar dia.

Bersyahadat

Setelah pekan itu di hari Ahad, dia menelepon teman Muslimnya dan mengatakan kepadanya bahwa sangat penting untuk bertemu hari ini. Dia naik bus dari tempat tinggalnya dan menemui Safia di mal.

"Kami berjalan ke sungai terdekat. Itu cantik. Cuacanya bagus, hangat, ada orang berjalan di luar, pegunungan seperti pandangan kami. Itu sempurna. Saya telah menulis sebuah ayat dari Alquran di catatan saya di ponsel saya. Bunyinya “tidak ada paksaan dalam beragama”. Saya sangat gugup tentang apa yang akan saya katakan padanya, sehingga saya bahkan tidak bisa melakukannya sendiri, telepon saya harus melakukannya untuk saya. Jadi saya menunjukkan padanya ayat ini, dan bertanya padanya "apakah kamu tahu apa yang ingin saya katakan?". Dia langsung berkata "tidak", dan saya memintanya untuk berpikir dua kali. Saya pikir butuh dua atau tiga menit sebelum dia berkata, "Apakah Anda ingin menjadi seorang Muslim?". Saya tersenyum lebar, menganggukkan kepala dan berkata "ya"," ujar dia.

Safia kemudian mengangkat kedua tangan untuk menutupi mata saat mulai menangis. Dari sanalah kemudian Safia mantap untuk bersyahadat.

 

I

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement