Kamis 20 Jul 2023 21:39 WIB

Peran MUI Merawat Keberagaman dan Kerukunan

MUI menjadi payung besar umat Islam Indonesia.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jalan Proklamasi Nomor 51, Menteng, Jakarta Pusat.
Foto:

Selama ini, MUI juga mengeluarkan fatwa dan panduan keagamaan yang memperhatikan konteks keberagaman di Indonesia. MUI berupaya memberikan bimbingan yang relevan dengan realitas masyarakat yang memiliki latar belakang agama yang beragam.

Ketua Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi KH Abdullah Jaidi menjelaskan, sekarang ini mulai banyak aliran yang menyimpang di Indonesia. Jika ada aliran yang sesat, menurut dia, MUI pun telah mengeluarkan fatwa agar umat tidak terseret dalam kesesatan.

“Artinya, kita mengarahkan umat jangan sampai tersesat dengan pemahaman-pemahaman keagamaan yang menyesatkan,” ujar Kiai Jaidi saat ditemui usai mengikuti Rapim MUI di kantor MUI, Selasa (18/7/2023).

Dalam rapat pimpinan yang membahas tentang kontroversi Ma’had Al Zaytun itu, Kiai Jaidi juga mengaku telah menekankan agar MUI terus menjaga dan merajut akidah umat, serta menyelamatkan umat dari infiltrasi pemahaman yang akan menyesatkan atau mengaburkan dari pemahaman yang benar.

“Jadi, bagi saya prinsip itu yang pertama dan utama adalah menjaga keutuhan umat. Kedua, menjaga pemahaman umat dari kesesatan, serta menjaga umat dari hal-hal yang membawa kita kepada gesekan-gesekan yang ada,” ujar Kiai Jaidi.

photo
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi saat berkunjung ke kantor Republika di Jakarta, Kamis (18/11). Dalam kunjungan tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membahas tentang persiapan gelaran Kongres Ekonomi Umat Islam II dengan tema Arus Baru Penguatan Ekonomi. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

 

Dia mengatakan, MUI bersama organisasi dari agama lain mengusung sikap saling menghargai dan menghormati, termasuk ketika ketika ada bencana alam. Menurut dia, MUI telah menekankan kepada seluruh umat beragama agar bantuan kemanusiaan tidak memiliki embel-embel agama apapun.

“Jadi, ada satu kesepahaman di antara kita, sehingga kita tidak masuk pada wilayah mereka, mereka pun tidak masuk ke wilayah kita. Ini statement kebersamaan ini didialogkan supaya tidak terjadi gesekan,” kata Kiai Jaidi.

Terkait hal itu, menurut dia, seluruh tokoh umat beragama harus memiliki pandangan yang sama, sehingga bisa menenangkan kepada umat agamanya masing-masing, dan tidak terjadi gesekan di tengah keragaman.  

“Itu fungsi hadirnya kita MUI ini, tidak hanya berfungsi sebagai pengayom umat Islam, tapi juga pengayom antara umat beragama, supaya terjadi kesejukan, persatuan, keberagaman kita. Sehingga kita dapat hidup berdampingan,” ujar dia.

MUI cukup berperan dalam mediasi dan penyelesaian konflik beragama. Melalui dialog, negosiasi, dan pendekatan keagamaan, MUI berusaha untuk memulihkan hubungan antarumat beragama yang terganggu dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.

“FKUB dibentuk oleh wilayah. Itu yang memberikan laporan kondisinya seperti apa yang terjadi. Nah, kita berikan arahan supaya merajut kebersamaan di antara umat beragama,” ujar Kiai Jaidi.

Nah kalau kita bisa menciptakan kondisi dan situasi yang seperti ini, insyaallah bisa membawa kebaikan bagi kemajuan, baik bangsa dan negara,”  jelas dia.

Di usia MUI yang ke-48 ini, Kiai Jaidi berharap apa yang sudah diupayakan MUI selama ini terus ditingkatkan. Menurut dia, MUI harus terus menjaga kebaragaman dan kerukunan di Indonesia, serta meningkatkan kolaborasi.

“Kita harus terus menerus meningkatkan kolaborasi hubungan baik, baik di tingkat umat Islam ataupun di antara umat beragama. Mudah-mudahan bisa membawa kemajuan bagi MUI ke depan,” ujar Kiai Jaidi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement