Rabu 12 Jul 2023 20:00 WIB

Kisah Nyata Penulis Buku yang Berkomitmen Hindari Dosa, Begini Imbalannya di Dunia

Kunci dalam menghadapi hidup adalah menghindari berbuat dosa

Ilustrasi berdoa hadapi kesulitan hidup. Kunci dalam menghadapi hidup adalah menghindari berbuat dosa
Foto: Republika/Wihdan
Ilustrasi berdoa hadapi kesulitan hidup. Kunci dalam menghadapi hidup adalah menghindari berbuat dosa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ada banyak realita dalam hidup yang memicu tanda tanya. Mengapa banyak orang yang hidupnya selalu mengalami kesulitan? Cita-citanya sukar dicapai? Rezekinya seret? Rumah tangganya menghadapi masalah? Pekerjaannya banyak persoalan mengganjal? 

Sebaliknya, ada orang yang hidupnya kelihatan semuanya serbalancar. Rezekinya cukup, bahkan berlimpah. Rumah tangganya tenteram. Anak-anaknya menjadi orang-orang yang sukses. Bisnisnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Pekerjaannya tidak ada masalah yang berarti. Pendek kata, dia selalu ditolong Allah SWT. 

Baca Juga

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa ditemukan dalam buku Ditolong Allah, karya Imsyah Rokayah yang diterbitkan Khazanah Mimbar Ilmu. 

Menurut Imsyah, ternyata, penyebab semua persoalan dalam hidup kita adalah perbuatan dosa. "Sebenarnya, Allah menciptakan manusia dengan tujuan ingin memuliakan dan memanjakan manusia. Tetapi, karena dosa yang diperbuat manusia sendiri, hidupnya menjadi sulit. Manusia terus-menerus, tak pernah berhenti, berbuat dosa," kata dia.  

Penulis menambahkan, "Kalau ingin hidup dimanja, senang, damai, nyaman, jangan berbuat dosa. Kalau sudah begitu, engkau akan merasakan surga sebelum menikmati surga yang sebenarnya."  

Lantas, apakah kunci untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup? Tiada lain, bersyukur. "Bersyukur mendatangkan lebih banyak kebaikan, kenikmatan, kebahagiaan, dan kunci kesuksesan. Bersyukur adalah kunci rezeki. Jauhi keluh kesah."  Penulis bukannya sedang berteori. Ia telah membuktikan sendiri dalam hidupnya. Ia selalu ditolong Allah dalam segala urusan dan keadaan.

Sempat mengalami masa-masa sulit sejak kecil hingga remaja di kota kelahirannya, Garut, lalu kuliah D3 di Tasikmalaya. Sempat bekerja beberapa waktu di kota tersebut, hingga akhirnya ia memutuskan hijrah ke Jakarta.  

Baca juga: Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun

Di Jakarta, ia mengalami jatuh bangun dan pahit getir kehidupan. Sempat menjadi baby sitter, pedagang kaki lima, agen buku, kuliah sambil kerja, dan berbagai tantangan lainnya. 

Allah SWT pun mempertemukannya dengan seorang lelaki terbaik untuk menjadi suaminya. Namun, Allah SWT menguji ia dan suaminya, hingga sekarang belum dikaruniai anak.  

Betapa pun berat ujian Allah SWT, penulis selalu sabar, ikhlas, berprasangka baik kepada Allah, terus berusaha dan berdosa, dan senang menolong orang lain. 

Ya, kesukaannya menolong orang-orang yang membutuhkan merupakan salah satu ciri yang sangat menonjol pada diri penulis. 

Hikmahnya, Allah SWT selalu menolongnya. Buku ini membuktikan dengan jelas, betapa penulis selalu ditolong Allah SWT, sehingga bisa keliling Indonesia gratis. 

Ada 100 Juta Kerikil untuk Lempar Jumrah Jamaah Haji,  Kemana Perginya Seusai Dipakai? 

 

Tak hanya itu, ia pun ditolong Allah untuk keliling dunia gratis, ke Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong, Cina, Kamboja, Vietnam, India, Brunei Darussalam, Korea Selatan, Maladewa (Maldives), hingga Jepang.   

Yang sangat istimewa, ia pun bisa berumrah dan berhaji, baik bersama suami, ibu tercinta, maupun ibu mertua. Penulis menegaskan, kunci semua itu adalah selalu hidup di jalan Allah, sehingga hidup menjadi berkah. 

"Ketika kita menempuh jalan Allah SWT, keridhaan, ketenteraman, kebahagiaan, dan keberkahan akan kita dapatkan. Pahit manis kehidupan sudah cukup menjadi dalil dan bukti bahwa hidup di dalam jalan-Nya selalu mendatangkan keberkahan." 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement