Jumat 07 Jul 2023 21:59 WIB

Pembakaran Alquran di Swedia Jadi Perhatian Serius PBB

Pembakaran Alquran di Swedia menunjukkan buruknya Islamofobia

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Demonstran mengikuti aksi protes terhadap pembakaran salinan Alquran di Swedia, di Karachi, Pakistan, Ahad (2/7/2023).
Foto: EPA/ SHAHZAIB AKBER
Demonstran mengikuti aksi protes terhadap pembakaran salinan Alquran di Swedia, di Karachi, Pakistan, Ahad (2/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keprihatinan atas aksi pembakaran Alquran yang terjadi di Swedia pekan lalu. Hal ini disampaikan setelah protes berkedok kebebasan berbicara itu memicu kemarahan di dunia Muslim.

 

Baca Juga

"Sebuah sesi mendesak akan diadakan oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk mengatasi insiden tersebut," kata seorang juru bicara, dikutip di Daily Mail, Jumat  (7/7/2023).

 

Sebuah Alquran dibakar oleh seorang pria Irak di luar masjid utama ibu kota Swedia, pada 28 Juni lalu. Aksi ini memicu reaksi diplomatik dan mengakibatkan kedutaan Swedia di Baghdad diserbu oleh pengunjuk rasa Irak yang marah. 

 

Kemarahan juga diungkapkan oleh negara mayoritas Muslim lainnya, termasuk Turki. Negara itu saat ini menahan tawaran Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer NATO. 

 

Pakistan dan negara-negara lain menyerukan diskusi tentang meningkatnya tindakan kebencian agama yang terencana dan bersifat publik yang mengkhawatirkan. Hal ini dimanifestasikan tindakan penistaan Alquran yang berulang terjadi di beberapa Eropa dan negara lain.

 

Pelaku pembakaran, Salwan Momika, merupakan pria yang melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun lalu. Dalam aksi protesnya, pria berusia 37 tahun ini menginjak-injak kitab suci umat Islam, setelah meletakkan daging babi di antara halaman-halamannya, serta selanjutnya membakar beberapa halaman Alquran di hadapan para pengunjuk rasa yang marah.

Baca juga: Ada 100 Juta Kerikil untuk Lempar Jumrah Jamaah Haji,  Kemana Perginya Seusai Dipakai? 

 

Tindakannya ini dilakukan ketika umat Islam di seluruh dunia tengah merayakan hari raya Idul Adha, serta ketika ibadah haji tahunan di Makkah hampir berakhir. Alasan-alasan ini membuat aksi Momika semakin kontroversial.

 

Biasanya, Dewan Hak Asasi Manusia yang berbasis di Jenewa bertemu selama tiga sesi reguler per tahun. Badan hak asasi utama PBB saat ini sedang dalam sesi kedua, yang berlangsung hingga 14 Juli.

 

Dewan beranggotakan 47 orang itu akan mengubah agendanya untuk menggelar debat darurat, menyusul permintaan dari Pakistan.  

 

Duta besar Pakistan di Jenewa, Khalil Hashmi, menulis kepada presiden dewan atas nama 19 anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang juga berada di dewan, ditambah negara-negara OKI lainnya, untuk meminta diadakannya debat mendesak.

Hashmi mengatakan tindakan provokatif pada 28 Juni...

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement