Jumat 07 Jul 2023 17:01 WIB

Tentara Muslim Jadi Korban Diskriminasi dan Pengakuan Salah Inggris 

Inggris mengakui kesalahannya diskriminasi terhadap tentara Muslim

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Tentara Inggris. Inggris mengakui kesalahannya diskriminasi terhadap tentara Muslim
Foto:

Meskipun kantin tutup pada pukul 6 sore untuk pangkat junior, tentara yang pergi berpatroli dan datang terlambat tetap mendapatkan makanan yang dimasak oleh para koki. Namun, Bayo dan rekannya hanya diberi makanan beku dan pada satu kesempatan diskriminasi ini terlihat sangat jelas.

"Saya pergi berpatroli dengan semua orang. Kami kembali beberapa waktu setelah waktu makan. Setiap orang yang kembali diperhitungkan, mereka semua diberi makanan panas (hot meals), kecuali saya," kata Bayo.

Bayo juga ingat ia pernah dipilih untuk pemeriksaan identitas saat kembali dari shalat Jumat di luar pangkalan, di hotel Istana Ledra di Nicosia, sementara tentara lain tidak. Dia mengatakan pasukan Kristen bahkan diberi kendaraan untuk menghadiri gereja pada hari Ahad.

Dia pun menyebut dirinya percaya jika tentara Inggris secara institusional adalah rasis. Sebagian karena apa yang terjadi dan cara pengaduannya, yang awalnya ditangani, tetapi kemudian ditentang dalam waktu yang lama oleh Kementerian Pertahanan.

Pengacaranya dari Pusat Keadilan Militer, Emma Norton, yang bertindak dengan dukungan dari Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia, mengatakan dia yakin Bayo tidak akan mengajukan klaim diskriminasi ini jika tentara mau terlibat secara konstruktif ketika dia pertama kali mengadu pada musim gugur 2017.

Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko

"Sebaliknya, mereka menolak pengaduan itu sepenuhnya, menyebabkan dia harus mengajukan banding. Kemudian mereka mencoba selama bertahun-tahun melalui pengacara mereka agar kasus tersebut dikeluarkan dari pengadilan. Itu bukanlah tanda organisasi yang benar-benar ingin belajar dari kesalahannya," ujar Emma.

Bayo sendiri berasal dari Gambia, negara Persemakmuran tempat tentara Inggris secara tradisional direkrut. Dia bergabung 2004 dan bertugas penuh waktu selama enam tahun, setelah itu sebagai cadangan. 

Dia bergabung kembali untuk melayani penuh waktu di Siprus, dengan harapan memulai kembali karir militer yang dia impikan seumur hidupnya. 

"Kakek saya bertempur dalam perang dunia kedua di Burma dan saya tumbuh besar dengan melihat medalinya. Paman saya pernah menjadi tentara Gambia.  Setiap tahun, resimen Inggris, Royal Gibraltars, datang ke Gambia dan kami akan melihat mereka. Mereka biasa memberi kami permen dan buku dan hal-hal seperti itu," ucap dia. 

 

 

Sumber: theguardian

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement