Selasa 16 May 2023 09:22 WIB

Silaturahim FPAG: Cara Pesantren Al-Amin Membangun Tradisi Menulis Artikel hingga Buku

Pesantren Al-Amin tergabung dalam Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG).

Sarasehan FPAG di Pesantren Al Ikhlas Taliwang Sumbawa Barat NTB
Foto: Dok Web
Sarasehan FPAG di Pesantren Al Ikhlas Taliwang Sumbawa Barat NTB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pesantren Al-Amin Prenduan di Pulau Madura Jawa Timur dikenal memiliki tradisi menulis. Santri di sana terbiasa menghasilkan tulisan. Mulanya adalah artikel. Kemudian berlanjut menjadi buku. Temanya tentang banyak hal, seperti pemikiran Islam, fikih, sastra, dan lainnya.

“Ini bermula dari seorang alumnus Gontor bernama Ustaz Jamaludin Kafi pada tahun 60-an,” kata Pimpinan Pesantren Al-Amin Prenduan Dr KH Ahmad Fauzi Tijani, dalam sarasehan Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) di Kompleks Pesantren Al-Ikhlas Taliwang Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa (16/5/2023).

Baca Juga

Ustaz Jamaludin terbiasa menerjemahkan artikel dan buku. Kemudian karya terjemahannya diterbitkan sampai ke tingkat nasional. Ustaz Jamaludin mengajarkan cara mengalihbahasakan artikel dan buku berbahasa asing ke bahasa Indonesia kepada guru muda di Al-Amin. 

Dia bersama para guru tadi membiasakan diri menulis. Anak-anak santri juga dianjurkan atau diajak untuk menulis artikel. 

Pesantren mendukung sunnah menulis artikel ini dalam bentuk program motivasi menulis. Pekan ini ada festival menulis. Pekan depan ada terapi menulis. Kemudian ada lomba menulis.

Hingga duduk di kelas akhir, mereka menulis artikel yang jumlahnya semakin banyak. Lalu diseleksi sesuai tema yang cocok untuk diterbitkan menjadi buku.

“Dosen di tempat kami sudah terbiasa menulis artikel ilmiah. Sudah banyak yang diterbitkan menjadi buku atau di jurnal ilmiah,” kata putra alm KH Ahmad Tijani Jauhari tersebut.

Tak hanya di internal. Jika ada lomba menulis di luar pesantren, maka santri akan diutus untuk mengikuti lomba tersebut. Ada santri yang menjadi pemenang lomba. Prestasi itu diketahui masyarakat luas sehingga Al-Amin dikenal membiasakan santrinya untuk menulis.

Pria yang dilahirkan di Arab Saudi tersebut menjelaskan yang paling dasar untuk membangun tradisi santri menulis adalah dukungan pesantren. “Pesantren harus memberikan motivasi dan dorongan agar santri terbiasa menulis. Bukan dengan paksaan, tapi dengan program yang kreatif,” kata Fauzi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement